Postingan

Menampilkan postingan dengan label Fiksi

TANGIS DI REST AREA KM 97 CIPULARANG

Gambar
Malam itu Nadia bergegas meninggalkan toko yang biasa menjual e'toll. Pelayan bilang jaringan sedang offline dan akan di buka pada jam 1 malam. Saat ini sudah hampir jam 12. Nadia kebingungan saldo e'tool tidak cukup untuk transaksi, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa kecuali pasrah jika nanti petugas Toll memarahinya. Sebelum ke parkiran Nadia berbelok ke toilet. Hendak membasuh tangan dan wajahnya yang terasa kering karena udara yang cukup dingin malam itu. Sesampai di toilet dia membuka keran dan mulai membasuh tangan dan mukanya. Air dalam keran terasa hangat mungkin karena udara dingin di luar sana yang menusuk kulit. Setelah puas membasuh wajahnya, Nadia menutup keran, tapi air dikeran terus menetes. Nadia membuka dan menutupnya kembali dengan perlahan, namun air tetap menetes. Nadia kembali membuka dan menutupnya hingga berkali-kali, air tetap saja menetes. Dan untuk kesekian kalinya dia menutupnya dengan keras. Dan betapa terkejutnya dia saat mendengar suara berdengu

Jujur

Gambar
  “Cinta bukan pemberian, bukan kesepakatan bahkan bukan pula karena kasihan. Cinta adalah hati, dimana perasaan menjadi penjaganya, kasih sayang menjadi simbolnya dan kejujuran menjadi ruhnya.” Wina, mahasiswi kampus yang menjadi sorotan minggu ini. Dia berhasil mengalahkan ketenaran Tiara gadis paling cantik di kampus. Wina berhasil menarik perhatian warga kampus dengan memenangkan kompetisi bisnis mahasiswa dengan produk olahan laut yang ditemukannya. Profosalnya mendapat tanggapan dari dinas perikanan dan kelautan. Berkat penemuannya, Wina didaulat untuk mengembangkan hasil laut menjadi produk makanan yang nantinya di kembangkan dan diikutsertakan dalam ekspo hasil laut Indonesia di tingkat dunia. Pencapain ini melambungkan namanya dan menjadi pembicaraan mahasiswa dan dosen di kampusnya. “Mana sih yang namanya Wina itu?” tanya Tiara pada Nina yang sedang asik menikmati minumannya. “Tunggu saja, biasanya jam segini dia lewat,” jawab Nina sambil meneguk minumannya. Tiara m

BUKAN LAYANGAN PUTUS

Gambar
  Lydia membuka album usang yang baru saja dia temukan. Hari ini anaknya meminta dibuatkan KTP. Usia anak sulungnya tepat 17 tahun di bulan ini. Saat mencari kartu keluarga untuk syarat pembuatan KTP, Lydia menemukan album berwarna biru tua yang terselip diantara buku-buku miliknya. Satu persatu diamati photo-photo itu. Pikiran Lydia melayang ke masa 20 tahun yang lalu. Satu kisah tentang persahabatan antara dirinya dengan Aris, seorang laki-laki yang baru di kenalnya. Perkenalan itu berawal saat mereka bertemu di perpustakaan kampus. Dari perkenalan itu, Lydia tahu kalau Aris satu angkatan dengannya. Kuliah di fakultas yang sama dan jurusan yang sama pula. Mereka hanya berbeda kelas. Ada banyak persamaan diantara mereka, sama-sama suka membaca, tidak suka banyak bicara dan tidak suka basa-basi. Hal inilah yang membuat mereka semakin akrab. Dari seringnya bertemu, tanpa di sadari ada rasa yang muncul diantara mereka. Aris mengagumi Lydia yang menurutnya bukan hanya cantik tapi ju

Cinta Pertamaku

Gambar
  Gadis kecil berjalan menuju rumah. Kaki mungilnya melangkah dengan riang.   Tas sekolah menempel dipundaknya. Senyumnya mengembang saat sang ibu tersenyum menyambutnya. Diberikannya tas gendong ke ibunya. Dibukanya sepatu mungil yang menghias kakinya. Tiba-tiba sang ibu menarik tubuh mungilnya, ada noda darah di punggung gadis itu. Gadis itu nampak kebingungan dia sendiri tidak tahu darah apa yang menempel di bajunya. Sang ibu segera membuka baju seragam putrinya. Diciumnya noda darah tersebut, diusapnya dan diremasnya baju itu. Darah itu sepertinya baru saja menetes. Tampak bajunya masih lembut dan sedikit basah. Sang ibu mencari barangkali ada luka, tapi tidak ditemukan apapun di tubuh gadis kecilnya. Sang ibu   segera mengganti bajunya dengan baju yang biasa dipakai untuk bermain. Sebelum bermain sang ibu memberinya makan. Dengan telaten disuapinya,   gadis mungil itu makan dengan lahapnya. Setelah selesai makan, dia pamit bermain dengan teman-temannya. Saat membalikkan tubuhn

DIA SAHABATKU

Gambar
  Litta memandangku tak percaya. Senyum di bibirnya nampak hambar. Dia meragukan apa yang aku katakan. “Percalah dia itu sahabatku...!” Aku berusaha meyakinnya. Tapi Litta sepertinya tidak ingin mendengar perkataanku. Dia berlalu tanpa menoleh. Aku hanya diam, kulanjutkan langkahku menuju kelas. Aku tidak ingin terlambat mata kuliah ini. Aku mendapatkan nilai D untuk yang pertamakalinya. Bergegas kumasuki kelas. Bergabung dengan adik angkatanku. Ada rasa malu saat duduk bersama mereka.   Tapi aku rasa bukan aku saja yang mengulang, diantara mereka aku melihat kakak angkatanku. Ku bulatkan tekadku untuk fokus pada materi ini. Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu untuk yang kedua kalinya. Nilai minimal B harus aku dapatkan. Kuliah berakhir, aku kembali ke perpustakaan. kucoba selesaikan tugas yang tadi tertunda. Tanpa kusadari Farhan duduk disampingku. “Serius bener? Ada tugas Win…?” Farhan meledekku. Dia sudah tahu kalau aku mendapatkan tugas ini. “Kamu sudah selesai?” Kulirik

SUP UNTUK AZIS

Gambar
Elsa menatap Azis adiknya. Keringat terlihat membasahi kening adiknya itu. Azis makan dengan lahap. Sayur sop yang diberikan oleh tetangganya terasa begitu nikmat. Mungkin karena beberapa hari ini dia tidak makan sayur. Dua hari yang lalu ibunya dibawa satgas covid ke Rumah sakit untuk di isolasi. Sementara ayahnya bekerja di kota dan tidak berani pulang karena takut di isolasi. Ayahnya berpikir jika dia pulang kemudian di isolasi siapa yang akan menghidupi Elsa dan adiknya. Dengan terpaksa dia membiarkan Elsa dan kedua adiknya di rumah. “Jangan dihabiskan semua Zis, sisakan buat nanti sore.” Elsa mengambil mangkok sayur dan menyimpannya ke dalam tutup saji. “Tapi kak… Azis masih pengen makan.” Pinta Azis sambil menyodorkan piringnya. “Ya… tapi jangan dihabiskan, biar nanti sore kita masih bisa makan.” Elsa mengambil beberapa sendok sayur   dan dituangkannya ke dalam piring Azis. Terdengar suara pintu terbuka. Elsa dan Azis menatap pintu dengan cemas. Mereka selalu ketakuta

SURAT KALENG

Gambar
  Tangan ani bergerak mengambil gulungan kertas dilantai. Kertas itu dilemarkan seseorang dari belakang. Beberapa temanya tersenyum melihat ani kesulitan mengambil kertas yang tersangkut di ujung kursi. Sementara bu guru masih mencoba menjelaskan materi pelajaran.   Ani membuka gulungan kertas tersebut dengan penasaran. Tulisan itu berisi ajakan untuk bertemu setelah sekolah usai. Ani hanya terdiam dia mencoba mencari tahu siapa yang menulis surat tersebut. Berusaha menengok ke belakang namun semuanya seperti tidak terjadi apa-apa. Mereka serius mendengarkan penjelasan bu guru. Ani meremas surat itu kemudian menyimpannya kedalam tas. Nita teman sebangkunya bertanya isi surat yang disimpan ani. Ani hanya menggeleng dan bilang itu hanya tulisan iseng yang dibuat seseorang untuk mengganggu konsentrasinya belajar. Siang itu setelah jam pelajaran usai Ani segera pulang. Disimpannya tas dan segera menuju ruang makan. Namun belum sempat sendok itu masuk mulutnya seseorang mengetuk pintu d

Wanita Tangguh

Gambar
  Wanita Tangguh Pembuatan takjil untuk berbuka puasa hampir selesai. Ibu meminta Nia dan Nadia membawa makanan-makanan itu ke meja makan. Sementara Ramdhan si bungsu   tak beranjak di depan televisi.   Si tengah Nadia sangat bersemangat. Dengan sigap dia membawa piring dan gelas bersamaan. “Nad… sedikit-sedikit bawanya, nanti malah tumpah.” Ibu mengingatkan “Ibu tenang saja, Insya Allah gak akan tumpah.” Nadia kembali ke dapur, kemudian kembali sambil membawa mangkuk besar berisi sup buah. Dengan perlahan Nadia berjalan menuju meja makan. Tiba-tiba Moly kucing kesayangannya berlari dari arah depan, sepertinya moly di kejar kucing tetangga. Moly hampir saja menabrak Nadia yang sedang membawa mangkuk. Nadia seketika berhenti. Matanya melotot dan mulutnya spontan berteriak memarahi moly yang ngumpet di kolong meja makan. “Nad… kenapa memarahi Moly, emang moly ngerti   yang kamu bilang?” Nia tertawa, tangannya sibuk mengatur gelas di meja makan. Nadia cemberut segera disimpannya m

Ojeg Impian

Gambar
  " OJEG IMPIAN" Sore yang panas. Gita berjalan tergesa memasuki sebuah minimarket. Beberapa barang yang dia butuhkan tidak ditemukan di toko langganannya. Terpaksa dia mencarinya di tempat lain. Sampai dipintu Gita segera membukanya. Saking buru-burunya dia tidak menyadari seorang laki-laki keluar dan hampir saja membentur pintu yang dibuka Gita. “Maaf…” Gita terkejut, spontan kata-kata itu keluar dari mulutnya. Laki-laki itu tersenyum mengangkat tangan kanannya dan mendorong pintu lebar-lebar untuk Gita. “Terimakasih..” Gita balas tersenyum dan melangkah masuk. Belanja di minimarket harus buru-buru. Jika tidak Gita akan tergiur untuk membeli barang lain yang tidak dia perlukan. Yang tentu saja akan menguras uangnya. Setelah menemukan barang yang dicari Gita segera ke kasir. Selesai membayar belanjaan Gita keluar dan menunggu angkot yang menuju rumahnya. Namun hampir 15 menit angkot tak juga datang. Dengan terpaksa Gita memanggil ojeg. Setelah tawar menawar harga, Gi

MOLY YANG LUCU

Gambar
  Disebuah hutan hiduplah keluarga gajah. Mereka hidup rukun dan saling menyayangi. Moly seekor anak gajah yang gemuk. Dia senang sekali bermain dengan semua binatang di hutan itu. Suatu ketika ada perlombaan di hutan tersebut. Singa sang raja hutan mengumumkan perlombaan akan dimulai minggu depan. Ada banyak lomba yang diadakan. Lomba menari, menyanyi, lomba lari dan lomba ketangkasan. “Moly… kamu akan mengikuti lomba apa nanti?” tanya kancil. “Aku tidak akan mengikuti lomba apapun,” jawab Moly sambil memainkan belalainya. “Kenapa?” kancil menatap Moly heran. “Tidak apa-apa, pokoknya aku tidak mau ikut lomba.” Moly terus memainkan belalainya. Kali ini sambil berputar-putar mengelilingi kancil. “Sudah berhenti berputarnya, aku pusing Moly!” kancil meminta Moly berhenti berputar. “Baiklah.” Seketika Moly berhenti, kemudian duduk di sebuah akar pohon. “Kamu sepertinya bisa mengikuti lomba menari.” Kata kancil sambil memperhatikan Moly yang duduk disebatang akar. “Pokoknya

MASKER BI AMIH

Gambar
  Mata bi Amih terasa panas. Saat dia tahu kedua majikannya dijemput ambulans. Hasil swab majikannya positif terkena covid-19. Hatinya begitu sedih saat sang majikan dinaikan ke ambulans untuk menjalani isolasi. “Bi… tolong jaga rumah baik-baik dan tetap dipake maskernya.” Pesan sang majikan sebelum berangkat. Bi amih hanya mengangguk. Matanya memandang ambulans yang perlahan meninggalkan rumah sang majikan. Beberapa tetangga terlihat menangis, membuat bi Amih bertambah sedih. Setelah ambulans menghilang, para tetangga menatap bi Amih tanpa bicara, dengan tergesa mereka meninggalkan bi Amih yang berdiri mematung. “Ada apa? Kenapa mereka langsung pergi?” Bi Amih kebingungan. “Mungkin mereka ada keperluan.” Pikir bi Amih. Bi Amih kembali melanjutkan pekerjaannya. Sebagai asisten rumah tangga bi Amih diberi tugas untuk mencuci dan bersih-bersih rumah. Sang majikan adalah suami istri yang sudah lanjut usia. Semua anaknya sudah sukses dan   jauh dari rumah. Hal ini membuat pek