TANGIS DI REST AREA KM 97 CIPULARANG

Malam itu Nadia bergegas meninggalkan toko yang biasa menjual e'toll. Pelayan bilang jaringan sedang offline dan akan di buka pada jam 1 malam. Saat ini sudah hampir jam 12. Nadia kebingungan saldo e'tool tidak cukup untuk transaksi, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa kecuali pasrah jika nanti petugas Toll memarahinya.

Sebelum ke parkiran Nadia berbelok ke toilet. Hendak membasuh tangan dan wajahnya yang terasa kering karena udara yang cukup dingin malam itu. Sesampai di toilet dia membuka keran dan mulai membasuh tangan dan mukanya. Air dalam keran terasa hangat mungkin karena udara dingin di luar sana yang menusuk kulit.

Setelah puas membasuh wajahnya, Nadia menutup keran, tapi air dikeran terus menetes. Nadia membuka dan menutupnya kembali dengan perlahan, namun air tetap menetes. Nadia kembali membuka dan menutupnya hingga berkali-kali, air tetap saja menetes. Dan untuk kesekian kalinya dia menutupnya dengan keras. Dan betapa terkejutnya dia saat mendengar suara berdengung dari keran itu.

Suara itu mendengung selintas seperti suara tangisan. Nadia mulai merinding saat suara itu semakin terdengar seperti tangisan anak perempuan. Nadia melangkah mundur hatinya gemetar, rasa takut mulai menghantuinya. Saat berbalik dan hendak berlari terdengar suara pintu toilet terbuka, seorang anak perempuan memanggilnya.

"Kak ... Tunggu." Bergegas anak itu mendekat, matanya nampak berkaca-kaca.

"Kamu yang tadi menangis?" 

Nadia memperhatikan gadis itu, dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Gadis dengan gaun berwarna pink dan selop cantik dengan warna senada. Rambutnya terikat pita berwarna kuning. Sungguh serasi dengan wajahnya yang cantik.Gadis itu mengangguk, bibirnya terkatup, raut wajahnya nampak sedih.

"Sedang apa malam-malam di sini?" Nadia memandang heran.

"Tadi saya ke toilet dan terkunci di dalam, saya coba  membuka kuncinya tapi tidak bisa, saya berteriak-teriak tapi tidak ada yang mendengar." Jawabnya sedih

"Dari jam berapa kamu terkunci?" Tanya Nadia sambil terus memandangi wajah cantik gadis itu.

"Dari jam 11." Jawabnya singkat. Nadia melirik arloji di tangannya waktu sudah menunjukan jam 12.05.

"Sama siapa kamu ke toilet?"

"Sendiri...." Jawabnya singkat.

"Beneran tidak ada yang mengantar? Kamu ke rest area sini sama siapa?" Nadia mulai mengerutkan dahinya.

"Saya ke sini sendiri, rumah saya dekat sini, tuh di sebelah sana." Tangannya menunjuk ke arah depan. 

Nadia menatap arah yang di tunjuk gadis itu. Pertokoan yang berjajar di samping mesjid. Nadia mulai curiga, mana mungkin gadis itu berasal dari sana bukankah di sana itu tidak ada rumah, hanya pohon-pohon besar yang berjajar di sepanjang jalan.

"Saya kesini di kejar-kejar orang jahat, dia bilang mau menangkap saya." Lanjut gadis itu seolah tahu apa yang di pikirkan Nadia. 

"Orang tuamu tahu kalau kamu di kejar-kejar penjahat?" Tanya Nadia, gadis itu menggeleng.

"Lalu kemana para penjahat itu sekarang?" 

Gadis itu kembali menggeleng. Matanya yang bening menatap Nadia dengan penuh harap.

"Kakak bisa mengantar saya pulang?" Lanjutnya sambil menggenggam tangan Nadia. Nadia menarik napas panjang. Lalu berjongkok dan balik menggenggam tangan gadis itu.

"Sebenarnya kakak ingin menolong kamu tapi kakak sedang terburu-buru. Begini saja kakak antar kamu ke petugas di sini biar diantar pulang." Jawab Nadia sambil menuntun tangan gadis itu.

Gadis itu menarik tangan Nadia dan bilang kalau dia tidak ingin diantar oleh petugas di rest area. 

"Memangnya kenapa tidak mau diantar oleh petugas?"

"Mereka sering melihat saya di sini, dan berkali-kali mengusir saya, mereka bilang saya nakal karena suka mengganggu para pedagang di tempat ini, jika saya di serahkan ke mereka saya takut, bukannya di antar malah nanti saya yang di hukum." Jawabnya sedih.

"Memangnya kamu sering main di sini?" Tanya Nadia. Gadis itu mengangguk.

"Ya sudah, tapi kakak bilang dulu sama temen-temen kakak di mobil biar mereka tidak khawatir." 

Gadis itu tersenyum sumringah dan melangkah mengikuti Nadia yang bergegas ke mobilnya. Namun Nadia heran melihat mobilnya sudah tidak ada di tempat. Nadia memutarkan pandangannya. Namun mobil miliknya tidak terlihat.

"Mobilnya mana kak?" Tanya gadis itu.

"Kakak tidak tahu, tadi di parkir di sini." Jawab Nadia sambil celingukan mencari mobilnya.

"Mungkin mobilnya diambil oleh orang yang mengejar saya kak, mereka mau mencuri saya." Jawab gadis itu, mimik wajahnya nampak serius. Nadia tersenyum, kata-kata gadis itu terdengar lucu. Mana mungkin pencuri mau mengambil mobil yang ada penumpangnya. 

Nadia mengeluarkan ponsel dan memutar nomor wa salah satu sahabatnya yang ada di mobil. Nada dering terdengar di sana. Lama di tunggu tidak ada jawaban. Nadia kembali memutar nomornya. Setelah beberapa saat terdengar suara dari sebrang sana. Nadia segera menjawab, namun baru saja mulutnya terbuka ponselnya mati. 

Nadia memeriksa batere ponselnya. Memencet tombolnya namun ponselnya tidak juga menyala.

"Aneh padahal tadi masih ada 40%." Pikir Nadia sambil memasukan ponsel ke tas.

"Sudah ketemu mobilnya kak?" Tanya gadis itu sambil memandang wajah Nadia. Nadia menggeleng.

"Kakak antar saya ke rumah yah...! saya janji nanti antar kakak mencari mobil itu." Lanjut gadis itu penuh harap. Nadia hanya tersenyum melihat mimik wajah serius gadis itu.

"Rumah kamu dimana? Apa bener dekat dari sini?" Nadia menatap gadis itu.

"Deket kak ... tinggal jalan ke gedung itu, lalu memutar ke samping ada jalan kecil di belakangnya dan rumah saya tepat di belakang gedung itu." Tangannya bergerak menunjuk arah pertokoan di samping mesjid.

"Baiklah... Kakak antar kamu ke sana." Nadia melangkah mengikuti gadis itu yang terus berjalan ke arah yang ditunjuknya.


Bersambung. 









Komentar

Postingan populer dari blog ini

A. MENGENAL NEGARA-NEGARA ASEAN

SEGITIGA RESTITUSI