Cinta Pertamaku
Gadis kecil berjalan menuju rumah. Kaki mungilnya melangkah
dengan riang. Tas sekolah menempel
dipundaknya. Senyumnya mengembang saat sang ibu tersenyum menyambutnya.
Diberikannya tas gendong ke ibunya. Dibukanya sepatu mungil yang menghias
kakinya. Tiba-tiba sang ibu menarik tubuh mungilnya, ada noda darah di punggung
gadis itu. Gadis itu nampak kebingungan dia sendiri tidak tahu darah apa yang
menempel di bajunya.
Sang ibu segera membuka baju seragam putrinya. Diciumnya
noda darah tersebut, diusapnya dan diremasnya baju itu. Darah itu sepertinya
baru saja menetes. Tampak bajunya masih lembut dan sedikit basah. Sang ibu
mencari barangkali ada luka, tapi tidak ditemukan apapun di tubuh gadis kecilnya.
Sang ibu segera
mengganti bajunya dengan baju yang biasa dipakai untuk bermain. Sebelum bermain
sang ibu memberinya makan. Dengan telaten disuapinya, gadis mungil itu makan dengan lahapnya. Setelah
selesai makan, dia pamit bermain dengan teman-temannya. Saat membalikkan
tubuhnya darah itu kembali terlihat dipunggungnya.
Sang ibu kembali memeluknya. Dia terus mencari dari mana
asal darah itu. Saat dia membelai rambutnya. Dia merasakan ada sesuatu yang
lengket. Dengan berdebar dia membuka helai demi helai rambut putrinya. Tampak
jelas ada luka kecil cukup dalam di
kepala putrinya. Luka itulah yang mengalirkan darah kerambut dan menetes ke
bajunya.
Sang ibu bertanya siapa yang sudah membuatnya terluka. Gadis
itu terdiam, dia mulai mengingat-ingat siapa yang melukainya.
“Ibu… ini pasti kerjaan temen, dia tadi bermain pinsil yang
baru saja di raut, kemudian kena ke kepala saya, sakit memang tapi sekarang
tidak lagi.” jawab gadis kecil itu sambil mengusap kepalanya.
Sang ibu menanyakan siapa temannya itu. Setelah menyebutkan
namanya, gadis kecil itu pamit bermain. Tapi sang ibu melarangnya segera dia
mengambil plester dan obat merah. Besoknya seorang anak laki-laki dipanggil
guru ke kantor. Guru menanyakan apakah benar
anak itu sudah menusukkan pencil yang tajam ke kepala gadis mungil itu.
Si anak dengan polosnya menjawab iya, dia bilang melakukannya tidak sengaja.
Setelah kejadian itu gadis kecil tidak di perbolehkan
bermain bersamanya. Bahkan jika anak laki-laki melewati rumahnya pasti dia
mendapatkan pelototan tajam dari sang ibu. Anak laki-laki itu tidak berani
melewati rumah apalagi mengajaknya bermain. Tapi dasar anak kecil, mereka tetap
saja bersama jika di sekolah.
Belasan tahun berlalu. Gadis mungil beranjak remaja, begitu
pula dengan teman laki-lakinya. Mereka dipertemukan kembali. Sang gadis
tertarik dengan teman laki-lakinya, dan begitu juga sebaliknya. Saat sang gadis
memintanya ke rumah, si pria bilang dia masih takut jika bertemu ibu gadis itu.
Sang gadis menjelaskan sang ibu sudah meninggal saat usianya menginjak 12
tahun, kini hanya ada ayahnya saja. Sang pria bersedia dan berjanji kalau malam
minggu besok akan berkunjung ke rumahnya.
Saat sang pria ke rumah gadis itu, dia disambut manis oleh
gadis pujaannya. Sang gadis tersenyum dan mengenalkan pria tersebut kepada
ayahnya. Sang ayah hanya menatap pria itu. kemudian pergi meninggalkannya. Sang
gadis terlihat heran, tidak biasanya ayahnya seperti itu. Tapi dia tidak
menghiraukannya, hatinya senang pujaannya datang ke rumah. Sang gadis mengajaknya
ngobrol. Yang di ceritakan tidak lain saat kecil mereka yang penuh canda dan tawa.
Selang beberapa lama sang pria pamit. Si gadis segera
memberi tahu ayahnya, ayahnya hanya bilang “Ya” tanpa mau menemuinya. Sang
gadis kembali heran, tapi segera menemui pujaannya dan bilang kalau ayahnya
sudah tidur. Sang pria akhirnya pulang.
Setelah sang pria pulang, sang ayah memanggil gadis itu. Dan dengan hati-hati sang ayah bilang
kalau dia tidak setuju jika putrinya berhubungan dengan pria tersebut. Sang gadis
kecewa dia bertanya mengapa ayahnya tidak setuju dengan pria pujaannya itu.Sang
ayah terdiam, dia tidak menjelaskan alasannya. Dia hanya ingin putrinya
menjauhi pria tersebut.
Si gadis mencoba menghubungi pria tersebut. Dia meminta
mereka bertemu disuatu tempat . Sang pria pun datang ke tempat yang sudah di
janjikan. Si gadis menceritakan kalau ayahnya tidak setuju dengan hubungan
mereka. Sang pria terlihat kaget, dia menanyakan alasannya. Si gadis tidak bisa
menjelaskan dia malah meminta agar pria itu menanyakan langsung kepada ayahnya.
Sang pria mencoba datang menemui ayah gadis itu. Dia
bertanya apakah benar kalau ayah tidak setuju dengan hubungan mereka. Sang ayah
menjawab iya. Sang pria menanyakan alasannya. Sang Ayah hanya diam kemudian dia
bilang kalau ayah sangat mencintai anak gadisnya dan dia ingin anaknya
meneruskan sekolah sampai tuntas.
Sang pria mengangguk, dia berpikir kalau ayah sang gadis
menginginkan anaknya lulus sekolah dulu. Dia sepakat kalau tidak akan
meneruskan hubungan ini sampai mereka lulus sekolah. Dan pria itu menepati
janjinya.
Saat mereka lulus sekolah sang pria kembali menemui gadis
itu. gadis itu memang masih menunggunya. Dia bahagia pujaannya kembali
kepadanya. Dengan bangga dia pun membawanya ke rumah. Tapi keputusan ayahnya
tetap sama, dia tidak menyetujui hubungan itu.
Sang gadis mulai kesal. Dia benar-benar tidak setuju dengan
keputusan ayahnya. Dia pun meninggalkan rumah untuk sekedar memberi pelajaran
kepada ayahnya. Tidak disangka ayahnya mendiamkannya bahkan tidak berusaha
mencarinya.
Si gadis kembali ke rumah, dia marah dan bilang kalau
ayahnya tidak menyayanginya. Sang ayah menatapnya, wajahnya terlihat sedih,
bulir bening dimatanya tak terbendung. Dengan pelan dia bilang kalau dia sangat
mencintai putrinya.Si gadis kembali bertanya, mengapa ayah tidak mencarinya
saat dia pergi dari rumah. Sang ayah bilang dia tidak mencarinya karena percaya
anak gadisnya tidak akan melakukan sesuatu yang membuatnya sedih atau malu.
Si gadis terdiam, tapi kemudian dia bertanya, kalau ayah
mencintainya mengapa tidak menyetujui hubungannya dengan pria itu, dia akan
bahagia jika bersama pria itu. Ayahnya menggelang dia bilang kamu tidak akan
bahagia jika bersama pria itu. si gadis melotot dia tidak percaya ayahnya bisa
bilang seperti itu. Lalu dia menjelaskan kalau dia mencintai pria itu dan juga
sebaliknya.
Ayahnya tersenyum dan mengelus rambut putrinya dia bilang: “
Pria yang baik tidak akan menyakiti wanita walaupun hanya bercanda, jika dia mencintai
ibunya, dia tidak akan melukai wanita
manapun bahkan yang bukan keluarganya, kamu ingat rambutmu? Dia pernah melukai
kepalamu. Ayah masih terluka saat kamu dulu di lukai olehnya. Rambut ini hanya
untuk di elus dan di belai bukan untuk di lukai sampai berdarah.”
Si gadis memeluk Ayahnya, dia tidak menyangka ayahnya masih
mengingat itu. Dengan terisak dia dia berkata “Apapun yang Ayah mau, aku akan
melakukannya. Bagiku ayah adalah cinta pertamaku, aku akan melakukan apapun
agar ayah bahagia dan aku juga tidak akan melakukan sesuatu yang membuat Ayah
sedih atau malu.”
Komentar
Posting Komentar