MASKER BI AMIH

 


Mata bi Amih terasa panas. Saat dia tahu kedua majikannya dijemput ambulans. Hasil swab majikannya positif terkena covid-19. Hatinya begitu sedih saat sang majikan dinaikan ke ambulans untuk menjalani isolasi.

“Bi… tolong jaga rumah baik-baik dan tetap dipake maskernya.” Pesan sang majikan sebelum berangkat.

Bi amih hanya mengangguk. Matanya memandang ambulans yang perlahan meninggalkan rumah sang majikan. Beberapa tetangga terlihat menangis, membuat bi Amih bertambah sedih.

Setelah ambulans menghilang, para tetangga menatap bi Amih tanpa bicara, dengan tergesa mereka meninggalkan bi Amih yang berdiri mematung.

“Ada apa? Kenapa mereka langsung pergi?” Bi Amih kebingungan.

“Mungkin mereka ada keperluan.” Pikir bi Amih.

Bi Amih kembali melanjutkan pekerjaannya. Sebagai asisten rumah tangga bi Amih diberi tugas untuk mencuci dan bersih-bersih rumah. Sang majikan adalah suami istri yang sudah lanjut usia. Semua anaknya sudah sukses dan  jauh dari rumah. Hal ini membuat pekerjaan bi Amih lebih ringan.

Setelah semuanya selesai bi Amih kembali ke rumahnya yang tak jauh dari rumah sang majikan. Sore hari bi Amih sudah harus kembali untuk mengangkat jemuran dan merapihkannya. Kali ini dia mendapat tugas tambahan untuk menyalakan lampu dan mengunci pintu.

Hari berikutnya bi Amih melakukan hal yang sama. Hari ini dia tidak mencuci,  tak ada satu pakaian yang tersimpan di keranjang baju kotor. Segera diambilnya sapu dan mulai membersihkan lantai.

Belum 1 jam bi Amih beres-beres, seseorang memencet bel. Bi Amih segera keluar dan membuka pintu. Ternyata tamu dari puskesmas. Dia menanyakan siapa saja yang menjadi penghuni rumah.

“Ibu sama Bapak, bibi cuma beres-beres saja.” Bi Amih menjawab dengan polosnya.

“Kalau begitu Bibi ikut saya ke puskesmas yah,” lanjut petugas.

“Tapi saya ndak sakit pak, saya takut di suntik.” Bi Amih tampak ketakutan.

“Tidak apa-apa, bibi ikut saja.”

“Ndak pak… kata ibu kalo pake masker saya ndak akan disuntik, saya pake masker dulu ya pak.”

Bi Amih berlari ke dalam untuk mengambil masker dan memakainya.

“Tuh pak… saya sudah pake masker, jadi saya ndak sakit kan pak?”

Petugas hanya tersenyum dan meminta bi Amih untuk ikut bersamanya.

“Saya gak mau, kan saya sudah pake masker dan sudah jaga jarak.” Bi amih segera mundur beberapa langkah dari petugas.

“Ya… bibi sehat, untuk memastikannya, kami akan memeriksa bibi ke puskesmas supaya yakin kalau bibi benar-benar sehat.”

“Ndak mau… pokoknya saya ndak mau.”

Bi Amih berlari ke dalam rumah dan mengunci pintu. Petugas berusaha membujuk bi Amih. Namun bi Amih tetap tidak mau keluar. Petugaspun menyerah dan meninggalkan rumah sang majikan.

Setelah merasa aman bi Amih segera keluar dan mengunci pintu. Lalu bergegas pulang ke rumahnya. Di jalan bi Amih berpapasan dengan tetangganya mereka seperti menjauh dan tidak mau dekat dengan bi Amih.

Sadar dirinya dijauhi bi amih segera memakai kembali maskernya. Dia yakin dengan memakai masker orang-orang pasti mau berdekatan dengannya. Sebelum kembali ke rumah bi Amih mampir ke warung bu Siti, dia berniat membeli beras.

Sampai di warung bu Siti, bi Amih memanggil-manggil bu Siti dan minta di layani. Bu Siti keluar dengan wajah ketakutan.

“Ibu kenapa .. lama banget keluarnya?” tanya bi Amih.

“Bi Amih mau beli apa?” Bu Siti balik bertanya.

“Saya mau beli beras 2 liter saja.”

Bu Siti mengambil plastik dan mulai menakar beras. Setelah cukup di simpannya beras itu di depan bi Amih.

“Berapa?” tanya Bi Amih

“18 ribu.”

Bi Amih segera mengeluarkan dompet kucelnya dan mulai menghitung uang receh untuk membayar beras. Setelah cukup diberikannya uang itu ke bu Siti.

“Simpan saja di situ, uangnya pas kan?” Bu siti menunjuk ke meja.

“Kenapa gak mau menerima uangnya?” bi Amih nampak heran.

“Saya gak mau ketularan bi Amih,” jawab bu Siti.

“Saya kan sudah pake masker, jadi bu Siti tenang aja.”

Bi Amih langsung meraih tangan bu Siti dan memberikan uang 18 ribu ke tangannya.

Bu Siti melepaskan tangan bi Amih dan membuang uang itu. Kemudian pergi meninggalkan bi Amih untuk mencuci tangan. Bi Amih merasa sedih, ternyata bu Siti dan tetangganya tidak mau berdekatan karena takut ketularan.

Bi Amih memutuskan untuk pergi ke puskesmas dan meminta untuk di periksa. Pak petugas yang tadi datang ke rumah majikannya segera memeriksa bi Amih. Ternyata hasil ravidnya negative.

“Apa kata saya, ini semua karena masker yang saya pake pak, majikan saya memberikan saya banyak masker.” Bi Amih tertawa bahagia.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

A. MENGENAL NEGARA-NEGARA ASEAN

SEGITIGA RESTITUSI