Postingan

Menampilkan postingan dengan label Fiksi

SAPU LIDI NEK IJAH

Gambar
  Hari itu kami bersih-bersih setelah hampir 3 hari banjir melanda tempat kami. Semua keluarga ikut membantu, tidak terkeculi si kecil. Dia mengeluarkan sepeda kesayangannya yang penuh dengan lumpur. Membawanya ke halaman dan mulai menyiramkan air menggunakan ember dan gayung yang sengaja ku sediakan. Listrik masih belum menyala, kami belum bisa menggunakan pompa untuk menyedot air dari sumur. Suami   membuka tutup sumur dan megambil airnya untuk bersih-bersih. Aku sendiri membersihkan perabot dan lantai yang penuh dengan lumpur. Nissa anak tertuaku membersihkan sampah yang menumpuk dibelakang. Sampah yang datang bersama air sungguh tidak sedap dipandang. Berbagai jenis sampah ada disana, dari mulai kayu, sandal, sepatu, baju bahkan bangkai binatang. “Mah…. Sapu lidi kemana? Kok gak ada, apa mungkin terbawa air ya …?” Nissa berteriak dari belakang. Segera kuhentikan pekerjaanku. Melangkah ke garasi dan mencari sapu lidi yang dibutuhkan Nissa. Beberapa sapu tersimpan di sana. Aku

KUPENUHI JANJIKU (Selesai)

Gambar
  Reihan menutup presentasinya. Semua yang hadir memberikan oplaus dan mengucapkan selamat. Reihan bergegas ke ruangannya. Diam dan terduduk memandang notebook. Keberhasilannya dalam mengelola perusahaan berbanding terbalik dengan kisah cintanya. Terdengar pintu di ketuk. Seorang gadis cantik memasuki ruangan. Dia memberikan beberapa berkas untuk di tanda tangani. “Ini berkas-berkas laporan yang harus di tandatangani.” “Simpan di sana, agenda saya hari ini sudah selesai atau masih ada?” tanya Reihan tanpa menoleh. “Tidak ada pak, tapi besok bapak ada jadwal ke luar kota untuk meresmikan anak perusahaan kita di sana.” “Baik… terimakasih.” Gadis itu segera ke luar. Reihan kembali memandang notebook.   Sebuah catatan tertulis disana. Sebuah kisah yang tak pernah berakhir. Kisah cinta yang tak berujung. Saat dia mencari keberadaan cintanya. Cinta itu menghilang dengan membawa seluruh hatinya.  Dia terus berlari tanpa henti. Bertanya pada siapa saja yang ditemui. Sampai akhirnya

Kupenuhi Janjiku (Bag 1)

Gambar
  Bergegas Vira ke kamarnya. Perasaannya tidak menentu. Entah apa yang harus dia lakukan. Dia tidak menyangka hal ini terjadi padanya. Haruskah ia jujur pada Reihan siapa tante Rani sebenarnya. Lalu apakah Reihan akan menerima dirinya atau malah membencinya seperti dia membenci tante Rani. “Vir… kamu kenapa Nak?” Suara ibu terdengar dibalik pintu. “Vira gak apa-apa bu, hanya ingin istirahat sebentar.” “Ya sudah… kalo ada apa-apa cerita sama ibu yah”. “Ya bu…” Vira mencoba memejamkan matanya. Peristiwa sore itu masih tergambar jelas dimatanya. Vira membalikan tubuh dan menutup wajahnya   dengan bantal, berharap bisa memejamkan mata dan melupakan kejadian itu. Namun sepertinya sia-sia. Vira kembali terduduk. Perasaannya begitu kacau. Tanpa terasa airmata jatuh dipipinya. “Vir… kamu sudah bangun nak?” terdengar ibu mengetuk pintu. Vira segera menghapus air matanya. Melangkah menuju pintu dan membukanya. Tampak wajah ibu yang khawatir. Vira memburunya dan memeluknya erat. “

Pertemuan Mamah dengan Vira (Bag.2)

Gambar
  Vira sudah bersiap menunggu kedatangan Reihan. Matanya menatap cermin. Dia tidak ingin ada yang kurang dalam penampilannya. Sesekali dilihat jam ditangan. Vira nampak gelisah.  “Jam berapa Reihan kesini Vir..?” Tanya ibu sambil duduk disamping tempat tidur. “Katanya Jam 9 pagi ini, sekarang baru jam 8 lebih, masih satu jam lagi bu..” jawab Vira sambil menyisir rambutnya. “Kamu sudah siap untuk bertemu mamahnya Reihan?” “Entahlah bu… hari ini untuk pertamakalinya Vira menemui mamahnya Reihan, Vira takut bu…” “Takut apa?” “Takut kalau mamahnya tidak menerima Vira.” “Kamu anak Ibu yang baik dan cantik, mamahnya Reihan pasti suka dengan kamu.” Kata ibu sambil tersenyum “Waktu pertama ibu dikenalkan oleh bapak ke orangtuanya, Ibu juga grogi, yang penting jaga sikap dan  jangan sampai berkata jelek atau tidak sopan”. “Ya bu.” “Ya sudah ibu ke depan dulu, kamu siap-siap saja.” Ibu keluar dari kamar. Vira kembali menatap cermin. Entah mengapa hatinya ragu. Dia sama seka

Pertemuan Mamah dengan Vira (Bag.1)

Gambar
  Reihan sudah bersiap pergi ke Kampus. Hari ini adalah hari yang menentukan keberhasilannya. Kemampuannya selama 5 tahun akan di uji dalam beberapa jam. “Sudah siap untuk siding hari ini Rei?” tanya   Mamah. Reihan hanya mengacungkan tangannya. Dia benar-benar yakin kalau dia mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan untuknya di sidang itu. “Mamah do’akan saja, mudah-mudahan semua pertanyaan bisa di jawab dengan benar.” “Mamah selalu berdo’a untukmu, semoga lulus dengan nilai yang baik.” “Aamiin, terimakasih Mah”. “Setelah sidang selesai kamu ajak Vira ke sini yah, Mamah ingin kenal.” “Kalo Vira mau nanti Reihan ajak.” “Kamu bujuk saja dan bilang kalo Mamah ingin ketemu.” “Iya mah.” Reihan mencium Mamah. Setelah sarapan Reihan kembali ke kamarnya. Dia tidak ingin ada kekurangan saat sidang. Dilihatnya penampilan di cermin. Jas hitam dan dasi yang dikenakan tampak serasi dengan kemeja warna biru muda. Setelah merasa tidak ada yang kurang Reihan segera berangkat.

RAHASIA ITU DIKETAHUI MAMAH (Bag.2)

Gambar
  Papah hanya terdiam saat Mamah memintanya untuk memilih. Papah berusaha menyakinkan mamah kalau dia akan berlaku adil pada kedua istrinya. Namun mamah tetap pada pilihannya. Dia tidak ingin berbagi suami dengan tante Rani. “Apa yang membuat Papah begitu berat untuk memilih antara Mamah sama Rani?” tanya Mamah sambil menatap tajam. “Papah tidak mungkin memilih, kalian berdua sangat berarti buat Papah, tolong jangan paksa Papah.” “Kalau memang Mamah berarti buat Papah mengapa Papah mengkhianati Mamah, bukankah Mamah sudah mengingatkan Papah untuk tidak berhubungan dengan Rani.” “Maafkan Papah Mah, ini semua diluar kendali Papah, Mamah ingat saat Papah meresmikan   perusahaan kita di Surabaya, Pak Tony rekan bisnis Papah mengajak minum, saat itu papah sudah   menolak tapi dia memaksa dan akibatnya dirasakan oleh Rani,   pada akhirnya Rani mengandung anak papah, dia tidak menginginkan pernikahan itu, tapi sebagai laki-laki papah harus bertanggung jawab, tolong mengerti Papah dan