Pertemuan Mamah dengan Vira (Bag.1)
Reihan
sudah bersiap pergi ke Kampus. Hari ini adalah hari yang menentukan
keberhasilannya. Kemampuannya selama 5 tahun akan di uji dalam beberapa jam.
“Sudah
siap untuk siding hari ini Rei?” tanya
Mamah.
Reihan
hanya mengacungkan tangannya. Dia benar-benar yakin kalau dia mampu menjawab
semua pertanyaan yang diajukan untuknya di sidang itu.
“Mamah
do’akan saja, mudah-mudahan semua pertanyaan bisa di jawab dengan benar.”
“Mamah
selalu berdo’a untukmu, semoga lulus dengan nilai yang baik.”
“Aamiin,
terimakasih Mah”.
“Setelah
sidang selesai kamu ajak Vira ke sini yah, Mamah ingin kenal.”
“Kalo
Vira mau nanti Reihan ajak.”
“Kamu
bujuk saja dan bilang kalo Mamah ingin ketemu.”
“Iya
mah.”
Reihan
mencium Mamah. Setelah sarapan Reihan kembali ke kamarnya. Dia tidak ingin ada
kekurangan saat sidang. Dilihatnya penampilan di cermin. Jas hitam dan dasi yang
dikenakan tampak serasi dengan kemeja warna biru muda. Setelah merasa tidak ada
yang kurang Reihan segera berangkat. Dia berharap semua bisa berjalan
dengan baik.
Setiba
di kampus Reihan memarkir mobilnya dan melangkah menuju ruang sidang. Terlihat beberapa
mahasiswa di sana. Mereka berpenampilan sama dengan Reihan.
“Wah…
gagah sekali kamu hari ini, sudah siap dong buat sidang?”
Risma
tersenyum dan kagum dengan penampilan Reihan. Hari ini Risma ikut sidang
bersama teman-teman lainya, Reihan, Reza, Egi, Riko dan Farhan.
“Iya
dong… akhirnya aku juga bisa nyusul kamu. Yang lain mana?”
Reihan
mencari teman-temannya.
“Mereka
belum datang, sebentar lagi kayaknya. Vira mana..?” Risma mencari keberadaan
Vira.
“Dia
ada kuliah hari ini.” jawab Reihan
“Kita
duduk di sana Rei.” Risma melangkah di ikuti Reihan dan duduk di kursi yang
sudah disediakan.
“Hai…
Rei, Risma kalian sudah siap?” Rico, Reza dan Farhan datang bersamaan.
“Egi
mana?” Reihan mencari keberadaan Egi.
“Ke toilet, sudah grogi duluan dia..” jawab Rico sambil tertawa.
“Eh…
siapa yang grogi?” Egi muncul sambil membetulkan dasinya.
“Elu…”
semua menjawab serempak.
Hari ini mereka sidang bersama-sama. Diantara mereka Risma yang paling awal menyelesaikan skripsinya. Dia berusaha membantu teman-temannya agar bisa sidang bersamanya. Risma mendapatkan giliran pertama. Dengan percaya diri Risma masuk ke ruang sidang. Reihan dan teman-temannya nampak tegang. Mereka sudah mempersiapkan semuanya, namun tetap saja perasaan grogi itu ada.
Risma
keluar dari ruang sidang. Wajahnya nampak bahagia. Sepertinya dia sukses
menjawab semua pertanyaan untuknya.
“Gimana
Ris… kamu bisa jawab semuanya? apa saja yang ditanyakan? susah gak?” tanya
Egi, wajahnya nampak tegang dan khawatir.
“Susah…
aku hampir nangis di dalam.” Jawab Risma
“Yang
bener Ris, jangan nakut-nakutin dong.” Wajah Egi mulai pucat.
“Tenang
saja Gi… pertanyaannya sesuai dengan laporan yang kita buat, kalau kamu buat
sendiri pasti bisa, kecuali kamu dibuatin sama orang lain.” Jawab Risma sambil
tersenyum.
Tiba-tiba
seorang laki-laki masuk dan menghampiri Risma.
“Sukses
ya Ris… kamu pasti bisa menjawab semua pertanyaan dengan baik.” Kata laki-laki
itu sambil menyalami Risma
Reihan
dan teman-temannya saling pandang. Mereka tidak pernah melihat laki-laki ini
sebelumnya.
“Teman-teman
kenalkan ini Fadil.” Risma memperkenalkan Fadil pada sahabat-sahabatnya.
“Dia
siapa Ris?” Reihan menatap Risma.
“Saya
pacarnya Risma.” Fadil langsung menjawab pertanyaan Reihan.
“Iya…
dia teman kakakku di rumah sakit, kami bertemu di sana.” Risma menjawab sambil
tersenyum.
“Wah
… dokter juga dong?”
Risma
hanya tersenyum. Reihan menyalami Fadil dan mengucapkan selamat.
“Ris…
kamu kok gak bilang-bilang kalau sudah punya pacar?”
Reihan
nampak kecewa.
“Kamu
sendiri sibuk dengan Vira… gak pernah tanya aku punya pacar atau belum.” Jawab Risma
sedikit cemberut.
“Oh..
ya aku sama Fadil keluar dulu yah, nanti balik lagi pengumumannya katanya nanti
sore, selamat berjuang teman-teman.”
Risma
dan Fadil pamit. Tinggal Reihan dan teman-temannya menunggu giliran.
***
Setelah
kuliah selesai Vira bergegas merapihkan bukunya. Anita menatapnya heran.
“Mau
kemana Vir… kok buru-buru?” tanya Anita.
“Nit…
hari ini Reihan sidang, aku mau kesana melihat dia.” Jawab Vira
“Oh…
mau nyemangatin rupanya, ya sudah aku pulang duluan yah?” Anita segera berdiri
dan melangkah menuju pintu.
“Nit…
boleh minta tolong gak?” Vira menatap Anita.
“Apa?”
“Anter
aku ke ruang sidang.” Vira memohon
“Baiklah…
aku anter sampai pintu saja yah.”
Anita
dan Vira segera menuju ruang sidang. Sementara Reihan mulai gelisah. Semua teman-temannya
sudah dipanggil. Egi keluar dengan wajah bahagia. Senyumnya nampak mengembang.
“Gimana
Gi… lancar kan?” Reihan menatap Egi
“Apa
sih yang Egi gak bisa..?” Egi membusungkan dada.
“Ayo
Gi… sambil nunggu kita jalan dulu.” Kata Rico sambil berdiri.
“Eh…
kalian mau ninggalin gue?” Reihan langsung berdiri menghalangi.
“Rei…
elu udah ada yang nunggu, tar sore kita balik ke sini lihat pengumuman.” Jawab Farhan matanya melirik ke arah pintu.
Reihan
segera berbalik. Vira tersenyum di sana.
“Sukses
ya Rei… kita jalan dulu.”
Mereka
meninggalkan ruangan. Tinggal Reihan sendiriaan. Vira melangkah dan duduk
disamping Reihan.
“Rei…
kamu belum di panggil?, boleh aku temani di sini?” tanya Vira.
“Tentu
saja, kamu sudah selesai kuliahnya?”
“Sudah.”
Reihan
nampak cemas. Namanya belum juga dipanggil. Vira mengenggam tangan Reihan dan
berusaha menenangkan.
“Jangan
cemas nanti juga dipanggil, tenang saja.”
Reihan
menatap Vira. Vira mengangguk sambil tersenyum. Senyum yang membuatnya tenang
dan nyaman. Setelah menunggu beberapa saat nama Reihan di panggil. Reihan
segera berdiri. Digenggamnya tangan Vira sambil memejamkan mata.
“Rei…
namamu sudah di panggil, jangan biarkan mereka menunggu.”
Vira
berbisik. Reihan membuka matanya, menatap Vira sebentar dan melangkah ke ruang
sidang. Vira mengantarnya dengan senyuman.
“Semangat
ya Rei..”
Hampir
satu jam Reihan di ruangan. Vira berdo’a agar Reihan bisa menjawab pertanyaan
dengan baik. Reihan keluar dari ruang sidang. Wajahnya nampak murung.
“Bagaimana
Rei.. apa tadi bisa dijawab pertanyaannya?” Vira penasaran
“Tidak..”
jawab Reihan wajahnya nampak sedih.
Vira
menatapnya cemas. Wajahnya nampak tegang. Reihan tertawa, rupanya dia sedang
menggoda Vira.
“Rei…
kamu bohong yah?”
Vira
cemberut. Reihan mencubit pipinya gemas.
“Maaf…
Alhamdulillah tadi aku bisa menjawab semua pertanyaan dengan baik, tapi tidak
tahu hasilnya seperti apa?” jawab Reihan sambil mengendurkan dasinya.
“Syukurlah.”
“Setelah
pengumuman aku sudah janji untuk memperkenalkan kamu ke Mamah, kamu mau yah?”
Reihan menatap Vira.
Vira
hanya terdiam. Sebenarnya dia ragu untuk bertemu dengan keluara Reihan. dia
takut kalau keluarganya tidak menerimanya.
“Please…
Vir, Mamah ingin ketemu kamu, sebenarnya sudah lama, tapi aku nunggu waktu yang
tepat, aku rasa saat inilah waktu yang tepat untuk kamu ketemu Mamah.”
“Aku
mau, tapi ....kalau kamu sudah dinyatakan lulus sidang.” Jawab Vira sambil
tersenyum.
“Kalau
aku tidak lulus kamu gak mau gitu?” Reihan menatapnya.
Vira
mengangguk sambil tersenyum.
“Baiklah…
jika aku tidak lulus gimana?”
“Aku
tidak akan pergi, tunggu sampai sidang berikutnya.” Jawab Vira.
“Sekarang
kita tunggu sambil minum dikantin yuk, pengumuman sebentar lagi kan?” ajak
Vira.
Reihan
dan Vira segera menuju ke kantin.
Pengumuman
yang ditunggu-tunggu segera tiba. Reihan dan teman-temannya sudah bersiap. Mereka
segera menuju ke ruang sidang. Hasil yudisium segera di umumkan dan hasilnya
mereka lulus. Risma nampak sangat bahagia dia lulus dengan nilai sangat baik.
Reihan
segera meminta janji Vira. Vira segera menyanggupi.
“Rei..
besok saja aku ketemu mamah kamu yah?”
“Kenapa
kamu mau ingkar janji?” Reihan menatap Vira.
“Tidak, aku tidak mau hari ini .. bagaimana kalau hari minggu besok?, sekarang kamu baru
selesai aku ingin kamu istirahat dulu.” Jawab Vira.
Reihan
setuju saat ini dia memang sangat lelah. Seharian menunggu membuat otak dan tenaganya terkuras. Vira berjanji untuk datang dan menemui mamahnya minggu
depan. Bersambung
Penulis,
Yuningsih
NPA:10111300311
#menulis PGRI ke-25
semoga Menang lomba
BalasHapusTerimakasih pak..
Hapus