Kupenuhi Janjiku (Bag 1)
Bergegas
Vira ke kamarnya. Perasaannya tidak menentu. Entah apa yang harus dia lakukan.
Dia tidak menyangka hal ini terjadi padanya. Haruskah ia jujur pada Reihan
siapa tante Rani sebenarnya. Lalu apakah Reihan akan menerima dirinya atau
malah membencinya seperti dia membenci tante Rani.
“Vir…
kamu kenapa Nak?” Suara ibu terdengar dibalik pintu.
“Vira
gak apa-apa bu, hanya ingin istirahat sebentar.”
“Ya
sudah… kalo ada apa-apa cerita sama ibu yah”.
“Ya
bu…”
Vira
mencoba memejamkan matanya. Peristiwa sore itu masih tergambar jelas dimatanya.
Vira membalikan tubuh dan menutup wajahnya
dengan bantal, berharap bisa memejamkan mata dan melupakan kejadian itu. Namun sepertinya sia-sia. Vira kembali terduduk. Perasaannya begitu kacau.
Tanpa terasa airmata jatuh dipipinya.
“Vir…
kamu sudah bangun nak?” terdengar ibu mengetuk pintu.
Vira
segera menghapus air matanya. Melangkah menuju pintu dan membukanya. Tampak wajah
ibu yang khawatir. Vira memburunya dan memeluknya erat.
“Ada
apa Nak… coba cerita sama Ibu.” Tanya ibu sambil membelai rambut Vira.
Vira
terus menangis. Ibu membimbingnya ke tempat tidur dan membiarkan Vira puas
menangis dipangkuannya. Setelah beberapa saat Vira menceritakan kejadian sore
itu di rumah Reihan.
“Apa
yang harus Vira lakukan bu..? jika Vira jujur Reihan pasti membenci Vira tapi
jika tetap diam Vira yakin suatu saat Reihan tahu hubungan Vira dengan kak
Rani.”
“Jika
kak Rani mengetahui ini dia pasti merasa bersalah dan akan melakukan apa saja
demi Vira, lalu bagaimana dengan anak-anaknya?, Vira harus bagaimana Bu..?”
lanjut Vira.
“Ibu
juga bingung nak, coba kamu tanya kakakmu Indra barangkali dia punya jawaban
untuk masalah kamu.” Jawab ibu.
Vira
segera mengambil ponselnya dan menelpon Indra kakaknya. Vira menceritakan kejadian
yang menimpa hubungannya denga Reihan. Terlihat wajahnya begitu sedih.
***
Reihan
merasa ada sesuatu yang disembunyikan. Biasanya Vira selalu mengantarnya dengan
senyuman tapi barusan Vira langsung ke kamarnya tanpa satu katapun.
“Mungkin
dia benar-benar tidak enak badan.” Pikir Reihan.
Malam
mulai gelap saat Reihan tiba di rumah. Mamah sudah berdiri di
depan rumah. Wajahnya nampak tegang dan khawatir.
“Bagaimana
Vira? Apa dia baik-baik saja?” tanya Mamah.
“Iya
Mah… sepertinya dia memang tidak enak badan, setiba di rumah dia langsung masuk
kamar tanpa bicara apapun, semoga saja dia cepat sembuh.” Jawab Reihan.
Reihan
segera ke kamarnya. Diambilnya Handphone dan menghubungi Vira namun
handphonenya sibuk. Reihan pun mengirim chat tanda ceklis satu belum berubah.
“Mungkin
vira sedang istirahat sebaiknya kutemui besok saja di rumah.” pikir Reihan.
***
Pagi-pagi
Reihan membuka handphonnya. Beberapa chat Vira terlihat di wa. Reihan segera
bergegas ke kamar mandi. Pagi ini Vira ingin bertemu di kampus.
Sesampai
dikampus Reihan menuju perpustakaan. Terlihat Vira sudah di sana.
“Hai
Vir.. kamu sudah baikan?” tanya Reihan menatap Vira
Vira
tersenyum sambil menganggukan kepala. Wajahnya sedikit pucat.
“Aku
sudah baikan.. Maaf kemarin membuatmu khawatir.”
“Syukurlah,
ada salam dari Mamah dia khawatir sama kamu.”
“Aku
sudah sehat, bilang sama Mamah aku gak apa-apa, oh ya… untuk beberapa hari aku gak
ke kampus, mau ke rumah saudara ada acara pernikahan di sana, kita mungkin
tidak bisa ketemu dulu, Wisuda kamu sudah dekat yah?” Tanya Vira.
“Masih
lama sekitar satu bulan lagi, kamu berapa hari di sana?” Reihan balik bertanya.
“Sekitar
satu minggu..” jawab Vira.
“Aku
pasti merindukanmu..” Reihan menatap Vira lembut.
Vira
balas menatapnya. Ada rasa pilu dihatinya. Sanggupkah dia jauh dari Reihan. Vira
menarik napas panjang dan mencoba tersenyum.
“Hanya
satu minggu tidak lama.”
Reihan
terdiam digenggamnya tangan Vira. Ditatapnya wajah itu Reihan merasakan sesuatu
yang tidak bisa dia ungkapkan. Tatapan Vira begitu sedih entah apa yang
dirasakan gadis itu saat ini.
“Aku
sama ibu mau siap-siap, aku pulang dulu …”
“Aku
antar kamu pulang..!”
“Baiklah…”
Mereka
berjalan menyusuri lorong kampus. Tak satu katapun terucap dari keduanya.
Tiba-tiba Reihan menghentikan langkahnya. Tangannya meraih tangan Vira dan
menggenggamnya erat.
Vira hanya menatap Reihan. Reihan semakin erat menggenggam
tangannya.
"Ada apa..?" Tanya Vira.
"Aku
pasti akan merindukanmu." Jawab Reihan pelan.
Vira menghela napas panjang Ada sesuatu dihatinya. Vira
tidak tahu apa yang terjadi. Yang dia tahu hanya Perasaan Reihan kepadanya
dan perasaannya kepada Reihan.
Di ujung lorong, Reihan meminta Vira menunggu. Dia
mengeluarkan motor. Vira segera naik. Motorpun melaju. Seketika Reihan mengerem
motornya. Vira tersentak dan memeluk pinggang Reihan.
"
Ada apa..?" Tanyanya.
"Aku
hanya ingin kau memelukku." Jawab Reihan sambil tertawa kecil.
Vira
hanya terdiam. Tangannya erat memeluk pinggang Reihan. Tak lama motor berhenti.
Mereka sampai di tujuan. Vira segera turun. Raihan memarkir motor dan
menghampiri Vira.
“Rumahmu
sepi, Ibu kemana?” Tanya Reihan.
“Ibu
sedang keluar membeli keperluan untuk besok.”
“Ada
yang bisa aku bantu?”
Vira
hanya menggeleng. Matanya menatap Reihan. Wajahnya nampak sedih. Reihan mendekatinya,
mata mereka saling bertatapan. Vira memeluk Reihan dia benar-benar tidak bisa
menyembunyikan kesedihannya.
"Hati-hati di jalan dan segeralah kembali, salam untuk
keluarga disana", bisik Reihan sambil menepuk lembut pundaknya.
Vira hanya
terdiam, perlahan melepaskan pelukannya. Matanya tak berpaling dari wajah
Reihan. Reihan melangkahkan kakinya yang terasa begitu berat, setelah beberapa langkah dia membalikan
tubuhnya. Vira masih berdiri memandangnya. Reihan tersenyum, Vira melambaikan
tangan dan balas tersenyum. Bersambung
Penulis,
Yuningsih
NPA:10111300311
#menulis PGRI ke-27
Komentar
Posting Komentar