KUPENUHI JANJIKU (Selesai)
Reihan
menutup presentasinya. Semua yang hadir memberikan oplaus dan mengucapkan
selamat. Reihan bergegas ke ruangannya. Diam dan terduduk memandang notebook.
Keberhasilannya dalam mengelola perusahaan berbanding terbalik dengan kisah
cintanya.
Terdengar
pintu di ketuk. Seorang gadis cantik memasuki ruangan. Dia memberikan beberapa
berkas untuk di tanda tangani.
“Ini
berkas-berkas laporan yang harus di tandatangani.”
“Simpan
di sana, agenda saya hari ini sudah selesai atau masih ada?” tanya Reihan tanpa
menoleh.
“Tidak
ada pak, tapi besok bapak ada jadwal ke luar kota untuk meresmikan anak
perusahaan kita di sana.”
“Baik…
terimakasih.” Gadis itu segera ke luar.
Reihan kembali memandang notebook. Sebuah catatan tertulis disana. Sebuah kisah yang tak pernah berakhir. Kisah cinta yang tak berujung. Saat dia mencari keberadaan cintanya. Cinta itu menghilang dengan membawa seluruh hatinya. Dia terus berlari tanpa henti. Bertanya pada siapa saja yang ditemui. Sampai akhirnya dia sadar kalau cintanya benar-benar pergi dan melupakannya.
***
Vira
berlari memasuki Ball room sebuah hotel. Jadwal Pesawatnya delay karena cuaca
buruk. Dia harus menunggu selama 2 jam dan baru tiba di hotel saat rapat sudah
berlangsung. Segera dimasukinya ruangan tersebut. Mewakili perusahaannya dia mengikuti rapat penting yang diadakan kantor pusat.
Setelah
mengisi absen Vira duduk di belakang. Membuka notebook dan menyalakannya.
Pemateri hampir selesai, beberapa pertanyaan diajukan peserta. Terlihat batre
note book mulai habis. Dia berjongkok dan mencari soket dibawah.
Tiba-tiba
dia terbangun suara pemateri itu amat dikenalnya. Segera dia berdiri, “Bruuk”
kepalanya terbentur ujung meja, Vira meringis kesakitan. Vira segera duduk,
menatap ke depan dan mencari suara yang tadi didengarnya.
Wajahnya
berubah saat melihat seseorang yang begitu di kenalnya. Seseorang yang paling
dirindukannya, namun tak pernah ingin ditemuinya.
Reihan
menutup materinya. Segera keluar dan digantikan pemateri yang lain. Ingin rasanya
Vira memanggil namanya tapi mulutnya terkunci. Matanya mengikuti Reihan yang
menghilang di balik pintu.
Vira
menepuk pipinya, dia yakin ini hanya khayalannya saja. Dia kembali berjongkok
mencari soket untuk memasang charger notebooknya.
Seseorang
menepuk pundaknya. Vira segera berbalik. Matanya terbuka lebar. Wajah itu
tersenyum. Senyum yang sama yang selama ini dia rindukan.
***
“Kemana
saja kamu Vir.. apakah kamu tidak merindukan aku?, aku mencarimu kemana-mana, seperti
orang gila setiap orang kutanyai, aku terus memanggilmu, apakah kamu sedang
mempermainkan aku atau kamu sengaja menguji hatiku?”
Reihan
menatap Vira. Tampak kerinduan dan kesedihan di sana. Vira tertunduk, dia
berusaha menutupi perasaannya. Reihan meraih minuman di depannya. Diteguknya minuman
itu dalam sekali tegukan. Vira hanya memandangnya, matanya mulai panas. Setitik
embun terjatuh. Vira tidak tahan melihat penderitaan Reihan.
Untuk terakhir
kali dia mengikuti kata hatinya. Menerima undangan Reihan dan bertemu sebelum
dia kembali. Sebuah tempat yang dekat bandara sengaja
dipilih untuk bertemu. Vira hanya ingin menatap mata teduh Reihan.
“Maaf…
aku tidak berdaya..!” Suara Vira terdengar pelan.
“Apa
yang membuatmu tidak berdaya?” Suara Reihan gemetar.
“Sudahlah
Rei… itu masa lalu, anggap saja itu sebuah kenangan, tidak perlu kau ingat, bahkan tak perlu di kenang lagi, apakah waktu
lima tahun tidak cukup bagimu melupakan aku?”
Vira
berdiri, mengambil tas dan melangkah pergi meninggalkan Reihan.
“Aku
tidak akan pernah bisa melupakanmu Vir… tak akan pernah.” Teriak Reihan.
Vira
terus melangkah, hatinya begitu pedih. Ratusan kilo dia berlari menjauhi
Reihan, tapi waktu kembali mempertemukannya. Saat itu Vira berusaha menemuinya,
namun dilihatnya Reihan bersama Risma. Mungkin Risma bisa menggantikannya dan
membuat Reihan kembali hidup.
Vira menyandarkan
tubuhnya dikursi. Matanya menatap ke jendela pesawat. Terlihat lampu-lampu yang
terang di kejauhan. Makin jauh dan terus menghilang.
Hari itu
pertemuan terakhirnya dengan Reihan. Dia tidak ingin bertemu lagi. Pertemuan itu
hanya membuka lukanya. Luka yang sama yang dia rasakan dulu. Luka yang selalu
dia sembunyikan dan tidak berusaha disembuhkan.
Terdengar
notifikasi wa. Sebuah pesan tertulis disana. Sebuah pesan yang amat
dirindukannya. Selama lima tahun dia nantikan. Perlahan dibacanya. Tanpa terasa
bulir bening menetes di pipinya.
“Vira…
sejauh apapun aku melangkah, tak sedetikpun aku bisa melupakanmu. Secepat apapun
aku berlari, aku tak bisa meninggalkan hatiku untuk yang lain. Jika ini yang
kau mau, aku akan melakukannya. Seandainya sedikit saja kau beri aku
kesempatan, aku ingin kembali menatapmu, mengenang senyummu dan tertawa
bersamamu. Aku menghormati keputusanmu. Aku akan penuhi janjiku untuk selalu
menjaga hatiku untukmu. Sampai tuhan mengambil napasku. Aku akan tetap
mencintaimu. Aku akan selalu berdo’a, berbahagialah dimanapun
kau berada” (Reihan).
Vira
menutup handphonenya. Airmatanya semakin deras mengalir. Do’a yang sama dia panjatkan semoga Reihan selalu bahagia dimanapun dia berada. Selesai
Penulis,
Yuningsih
NPA:10111300311
#menulis PGRI ke-28
Terimakasih dukungannya omjay, bisa menulis setiap hari karna omjay, semoga ada lagi event ini...
BalasHapus