Pertemuan Mamah dengan Vira (Bag.2)
Vira sudah bersiap menunggu kedatangan Reihan. Matanya menatap
cermin. Dia tidak ingin ada yang kurang dalam penampilannya. Sesekali dilihat
jam ditangan. Vira nampak gelisah.
“Jam berapa Reihan kesini Vir..?” Tanya ibu sambil duduk disamping
tempat tidur.
“Katanya Jam 9 pagi ini, sekarang baru jam 8 lebih, masih satu jam
lagi bu..” jawab Vira sambil menyisir rambutnya.
“Kamu sudah siap untuk bertemu mamahnya Reihan?”
“Entahlah bu… hari ini untuk pertamakalinya Vira menemui mamahnya
Reihan, Vira takut bu…”
“Takut apa?”
“Takut kalau mamahnya tidak menerima Vira.”
“Kamu anak Ibu yang baik dan cantik, mamahnya Reihan pasti suka
dengan kamu.” Kata ibu sambil tersenyum
“Waktu pertama ibu dikenalkan oleh bapak ke orangtuanya, Ibu juga
grogi, yang penting jaga sikap dan
jangan sampai berkata jelek atau tidak sopan”.
“Ya bu.”
“Ya sudah ibu ke depan dulu, kamu siap-siap saja.”
Ibu keluar dari kamar. Vira kembali menatap cermin. Entah mengapa
hatinya ragu. Dia sama sekali belum bertemu dengan orangtuanya Reihan. Bisakah
dia mengambil hati keluarganya ?.
Suara mobil terdengar di depan, Vira segera berdiri, dia yakin itu
Reihan. Dibukanya pintu. Reihan nampak keluar dari mobil. Vira menyambutnya
dengan senyum.
“Hai… sudah siap?” tanya Reihan sambil menatap Vira.
Vira hanya mengangguk.
“Pamit dulu sama Ibu yah. Kamu tunggu disini biar aku panggil
ibu.”
Vira segera ke belakang mencari ibu. Reihan terduduk, ada ragu
dihatinya seandainya Vira tahu keadaan keluarganya dan tahu kalau papahnya
punya dua istri, mungkinkah Vira bisa menerimanya?
“Sudah lama nak..?” tanya Ibu mengejutkan Reihan.
“Baru saja bu…” Reihan nampak gugup lamunannya langsung buyar.
“Bu… saya mau mengajak Vira ke rumah, Mamah ingin kenal sama
Vira.” lanjut Reihan matanya melirik Vira yang keluar sambil membawa minuman.
“Silahkan, nak Reihan minum
dulu yah..!”
Ibu menyodorkan minuman yang di bawa Vira. Reihan meminumnya.
Hatinya masih saja gelisah. Namun dia berusaha untuk tenang.
“Ibu biar tidak terlalu siang saya sama Vira berangkat dulu.”
“Silahkan hati-hati dijalan….!”
Vira pamit, Reihan segera menyalakan mobil dan berangkat. Sesaat mereka terdiam. Mereka sibuk dengan pikirannya
masing-masing.
“Vir… kamu diam saja ada apa?” tanya Reihan sambil melirik gadis
disampingnya.
“Kamu sendiri diam, ada apa?” Vira malah balik bertanya.
Reihan menarik napas panjang. Sudah saatnya dia menceritakan
tentang keluarganya. Vira harus tahu, dan Reihan harus mengatakannya sebelum
orang lain.
“Vir… ada yang ingin aku ceritakan tentang keluargaku…”
Reihan berhenti sejenak ada sesuatu di kerongkongan yang
membuatnya ragu untuk bicara. Vira menatap Reihan.
“Ada apa? Ceritakan saja..”
Reihan menarik napas panjang.
“Kenapa..? kamu ragu mengenalkan aku sama Mamah?” tanya Vira
“Bukan itu..aku justru ragu apakah kamu masih mau sama aku kalau
aku cerita tentang keluargaku?”
“Memangnya keluargamu kenapa?” Vira penasaran
“Begini, aku punya kakak namanya Tiara dia sudah menikah dan punya
anak satu…. “ Reihan mulai bercerita.
“Aku tahu… kamu malah sudah menunjukan photonya waktu itu.” Vira
tersenyum.
“Oh… sudah ku ceritakan yah..?” Reihan tersenyum
“Ya… kamu sudah sering cerita kakak sama mamahmu, tapi aku tidak
pernah dengar cerita tentang Papahmu..?”
“Papahku masih ada…”
Reihan kembali ragu untuk menceritakan keadaan papahnya.
“Ya.. aku tahu, maksudku kamu jarang cerita tentang Papahmu,
Ayahku sudah meninggal tapi aku masih suka mengenangnya bahkan sering cerita sama
kamu waktu ayah masih hidup.”
“Kamu sangat mencintai ayahmu kan?” tanya Reihan.
“Tentu saja memangnya kamu tidak mencintai Papahmu?” Vira
mengernyitkan dahinya.
“Aku mencintai Papah tapi tidak sebesar cintamu sama Ayah.”
“Kenapa?”
“Papahku punya dua istri, kalo aku jadi Papah aku tidak akan
menduakan Mamah, Mamahku sangat mencintai Papah, dia rela dimadu karna tidak
ingin kehilangan Papah.”
Vira terkejut, ditatapnya Reihan. Raut wajah Reihan tampak tegang matanya
memandang lurus ke depan.
“Tante Rani sekretaris Papah sudah menggodanya hingga Papah jatuh
hati dan diam-diam menikahinya, aku baru tahu kalau papah sudah menikah dengan
tante Rani dari kak Tiara, dan kini mereka sudah punya satu anak dari hasil
perkawinannya.”
Vira semakin terkejut. Tante Rani bukankah itu nama kakaknya? Tapi
bukankah nama Rani itu banyak.
“Sabar ya Rei… mungkin itu jalan yang harus di tempuh Mamah, kalau
boleh tahu siapa nama Papahmu?”
“Papahku Farid dan Mamahku Yeni, kenapa..? nama Papahmu sama
dengan nama ayahmu?” Reihan tersenyum melirik Vira.
Vira hanya terdiam, dia mulai berpikir jangan-jangan Papahnya
Reihan suami dari kakaknya. Namun segera ditepisnya pikiran itu, nama Farid itu
banyak.
“Kamu kaget yah… aku janji kalau aku menikahimu tidak akan
menduakanmu, aku sudah merasakan penderitaan Mamah dan aku tidak ingin melukai
orang yang aku cintai.” lanjut Reihan.
“Sungguh…?” Vira menatap Reihan.
“Aku janji..”
Reihan mengacungkan dua jarinya. Vira hanya tersenyum. Tidak
terasa mereka sudah sampai di depan rumah. Vira segera turun. Reihan
mengajaknya masuk. Dengan ragu-ragu vira melangkah.
Vira mulai gelisah, cerita Reihan tentang Papah mengganggu pikirannya.
Dia berharap Pak Farid Papahnya Reihan bukan suami dari kakaknya.
“Tunggu di sini yah, aku panggil Mamah..”
Vira hanya mengangguk. Ditatapnya lukisan yang ditempel di
dinding, kemudian beralih ke pojok ruangan sebuah pas bunga dengan bunga yang
masih nampak segar.
“Sudah lama nak..?” seseorang mengejutkannya.
Vira segera mengalihkan pandangannya. Seorang perempuan yang sudah
dikenalnya terlihat berjalan bersama Reihan. Vira mulai gemetar. Dia tidak
mungkin lupa dengan wanita cantik di samping Reihan.
“Seneng sekali bisa ketemu Vira, Reihan sering bercerita ternyata
benar kamu memang sangat cantik…” Mamah tersenyum dan memeluk Vira.
“Iya dong Mah… Reihan gak salah pilih kan Mah..?” Reihan mengengam
tangan Vira wajahnya nampak bahagia.
Vira menatap Mamah. Dia yakin itu istrinya pak farid tapi mengapa
dia bersikap seolah tidak mengenalnya.
“Rei.. kamu ajak Vira melihat-lihat rumah, Mamah sama bi Inah
menyiapkan makanan untuk makan siang yah.”
“Ayo Vir.. “
Reihan mengajak Vira berjalan-jalan dan memperlihatkan isi rumah.
Vira terhenti disebuah photo besar di tengah ruangan. Sebuah photo keluarga
dimana pak Farid ada di sana.
“Ini photo waktu aku masih SMP, lihat aku cakep kan?, ini Papah,
yang ini kak Tiara dan itu Mamah, waktu itu kami sangat bahagia, sekarang Papah
lebih banyak menghabiskan waktunya dengan tante Rani dan anaknya”.
Vira semakin gemetar. Ketakutannya kini terjadi. Papahnya Reihan
suami dari kakaknya. Keringat mulai menetes didahinya.
“Vir… kamu kenapa? Kamu sakit?” Reihan mulai panik.
Segera dibimbingnya Vira dan mengajaknya duduk. Dia segera
memanggil Mamahnya. Mamah segera datang.
“Rei tolong kamu ambil air hangat di dapur yah.”
Reihan membalikan tubuhnya untuk mengambil air hangat.
“Tante saya tidak apa-apa.” Vira berdiri dan menjauhi Mamah.
“Vira… saya tahu kamu adiknya Rani, tapi kamu harus merahasiakan
ini pada Reihan, bersikaplah biasa dan jangan membuatnya curiga.” Mamah
berbisik.
Vira menatap Mamah heran. Mengapa Mamah melakukan ini kepadanya, dan
malah memintanya untuk merahasiakan ini dari Reihan.
“Saya mengerti apa yang kamu pikirkan, semua ini saya lakukan
untuk kebahagiaan Reihan, saya tidak ingin dia kecewa.” Lanjut mamah.
Reihan kembali dengan segelas air hangat.
“Minum dulu Vir…”
Reihan memberikan air. Vira menerima dan meminumnya.
“Kamu kenapa…?” Reihan terlihat sangat khawatir.
“Aku tidak apa-apa Rei… mungkin capek kemarin aku kuliah sampai
malam.” Vira berbohong.
“Aku antar kamu ke dokter
yah.” Reihan menatapnya
“Tidak usah, aku pulang saja.”Jawab Vira.
“Jangan pulang dulu, kita makan sama-sama, Mamah sama bi Inah
sudah menyiapkan makanan, masa gak di makan.” Mamah menatap Vira.
“Ya tante… Rei kita makan dulu yah, kasihan mamah sudah
capek-capek nyiapin.” Vira mengajak Reihan
“Ya… ayo.”
Mereka berjalan menuju ruang makan. Vira berusaha menyembunyikan
perasaannya dan bersikap biasa agar Reihan tidak curiga..
Penulis,
Yuningsih
NPA:10111300311
#menulis PGRI ke-26
Komentar
Posting Komentar