JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL OLEH: YUNINGSIH CGP ANGKATAN 8
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL
Menjadi peserta CGP sebenarnya bukan tujuan. Keinginan untuk mencoba dan penasaran dengan pembelajaran ini membuat hati tergerak untuk mendaftar dan mulai mengisi essay serta mengupload dokumen-dokumen yang diminta di LMS calon guru penggerak.
Saat pengumuman tiba, seorang teman memberi tahu jika saya lulus dan masuk kategori daftar tambahan CGP Angkatan 8. Ada perasaan ragu bahkan merasa tidak yakin jika saya mampu mengikuti pendidikan di CGP Angkatan 8. Mengingat waktu pembelajaran cukup lama yaitu hampir 7 bulan. Di mulai dari bulan Mei – November 2023. Namun demikian saya niatkan hati untuk mengikuti Pendidikan dengan sepenuh hati dan berusaha untuk mengikuti semua pembelajaran dengan baik.
· Pembelajaran pertama modul 1 Pendidikan CGP Angkatan 8
Tanggal 10 Mei 2023
pembukaan Pendidikan CGP resmi dibuka oleh Mendikbudristek. Untuk hari
berikutnya mulai mengisi pre-Test dan lokakarya orientasi yang dilanjutkan
dengan pendidikian di modul 1 yang menjelaskan tentang Filosofi Pendidikan Ki
Hadjar Dewantara.
Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dengan
nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ki Hajar Dewantara dibesarkan di
lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Saat genap berusia 40 Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, Ki
Hadjar Dewantara tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya.
Taman siswa
memaknai motode Montessori dan metode Frobel. Metode Montessori yaitu
pendidikan dengan mementingkan panca indera dengan menghadirkan beberapa alat
untuk latihan, namun mengesampingkan permainan. Sementara itu Metode Frobel
mengutamakan kegembiraan anak melalui permainan yang menyenangkan, dengan
sedikit mengesampingkan panca indra sebagai konsentrasi pembelajaran.
·
Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah
tuntunan tumbuh berkembangnya anak. Pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya
nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Pengajaran dan
pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia
sebagai bagian dari persatuan (rakyat).
Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya
lahir atau batin tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas
kekuatan sendiri. Pendidikan menciptakan ruang bagi murid untuk bertumbuh
secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan
menjadi mandiri (merdeka lahir). Kekuatan diri (kodrat) yang dimiliki, menuntun
murid menjadi cakap mengatur hidupnya dengan tanpa terperintah oleh orang lain.
·
Pendidikan yang “Menuntun”
Tujuan pendidikan
menurut KI Hadjar Dewantara yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada
anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh
sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya)
hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan
agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga secara sadar
memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan anak lain.
Oleh sebab itu, tuntutan seorang guru mampu mengelola dirinya untuk hidup
bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat).
Namun demikian pendidik harus tetap waspada
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, dalam hal kultur lahir atau batin. Ada
banyak hal yang dapat kita tiru, namun kita harus menyadai Indonesia juga
memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
Kekuatan sosio-kultural menjadi proses
‘menebalkan’ kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar. Pendidikan bertujuan
untuk menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar
agar dapat memperbaiki laku-nya untuk menjadi manusia seutuhnya. Jadi anak
bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa.
Dalam
proses menuntun, dapat dilakukan dengan 3 semboyan KHD, yaitu:
v “Ing Ngarsa Sung Tuladha” artinya, di depan,
pendidik menjadi teladan bagi murid. Misalnya dalam hal membuang sampah dengan
benar. Guru menjadi contoh dengan membuang sampah pada tempatnya.
v “Ing Madya Mangun Karsa” artinya, di tengah-tengah,
pendidik membangun semangat murid. Misalnya saat ada murid yang membuang sampah
tidak pada tempatnya, guru mengingatkan murid tersebut.
v “Tut Wuri Handayani” artinya, di belakang, pendidik memberi dorongan bagi murid. Misalnya memberi dorongan bagi siswa untuk mengolah sampah menjadi barang yang berguna.
· Kodrat Alam dan Kodrat
Zaman
Pendidikan anak
berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan
“sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman
berkaitan dengan “isi” dan “irama” pendidikan anak sejatinya menuntut anak
mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Bila melihat dari
kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki
Keterampilan Abad 21 sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal
sosial budaya murid di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik yang berbeda
dengan murid di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur.
Pengaruh dari luar
tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial budaya
Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah
muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan
dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia.
Kekuatan sosial budaya
Indonesia yang beragam dapat menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam
mendidik. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai
dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Artinya, cara belajar dan interaksi
murid Abad ke21, tentu sangat berbeda dengan para murid di pertengahan dan
akhir abad ke-20. Kodrat alam Indonesia dengan memiliki 2 musim (musim hujan
dan musim kemarau) serta bentangan alam mulai dari pesisir pantai hingga
pegunungan memiliki keberagaman dalam memaknai dan menghayati hidup. Demikian
pula dengan zaman yang terus berkembang dinamis mempengaruhi cara pendidik menuntun
para murid.
·
Budi Pekerti
Budi pekerti, atau
watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan
kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat
diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga
menciptakan Karya (psikomotor). Keluarga menjadi tempat yang utama dan paling
baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak.
Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk
melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual).
Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil
untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi
pendidikan lainnya. Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan
teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Keluarga juga dapat menjadi
tempat untuk berinteraksi sosial antara kakak dan adik sehingga kemandirian
dapat tercipta karena anak-anak saling belajar antara satu dengan yang lain dalam
menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, peran orang tua
sebagai guru, penuntun, dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam
pertumbuhan karakter baik anak.
Budi Pekerti merupakan keselarasan
(keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya. Keselarasan hidup
anak dilatih melalui pemahaman kesadaran diri yang baik tentang kekuatan
dirinya kemudian dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran sosial
bahwa ia tidak hidup sendiri dalam relasi sosialnya sehingga ketika membuat
sebuah keputusan yang bertanggungjawab dalam kemerdekaan dirinya dan
kemerdekaan orang lain. Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri
yang utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain.
·
Refleksi
perubahan yang saya rasakan
Setelah
memahami modul ini saya berusaha untuk terus belajar menjadi guru yang mampu
melayani siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan filosofi Ki Hadjar
Dewantara dan menggali potensi diri untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan
kepada siswa dengan cara:
1.
Upgrade diri dengan belajar
berbagai hal yang mampu menunjang pembejaran di kelas, misalnya belajar
menggunakan aplikasi Canva untuk pembuatan video pembelajaran.
2.
Berkolaborasi bersama siswa
maupun rekan guru untuk menggali dan mengembangkan potensi siswa dan
menyesuaikan dengan kodrat masing-masing siswa untuk mewujudkan student
wellbeing,
3.
Menerapkan pembelajaran sesuai
kodrat zaman anak. Pembelajaran dirancang untuk memanfaatkan Teknologi
Informasi serta mengajarkan mengenai kecakapan hidup abad 21 yaitu 4C (critical
thinking and problem solving, creative thinking, collaborative, dan communication).
4.
Dalam proses pembelajaran secara
kelompok siswa difasilitasi untuk menumbuhkan dan menerapkan budi pekerti siswa,
yaitu dalam hal pikiran, perasaan, kemauan, yang menghasilkan suatu tenaga. Adanya
sikap untuk saling bekerjasama dan menguatkan, kreatifitas, menumbuhkan rasa
kepedulian dan percaya diri, serta sikap santun dalam bertanya.
5.
Penerapan 5S terus diupayakan
selama dalam proses pembelajaran, yaitu senyum, salam, sapa, sopan, dan santun.
Komentar
Posting Komentar