TANGIS DI REST AREA KM 97 (bag.2)

 


Kania berjalan mengikuti langkah gadis di depannya. Matanya menatap jalan yang di lalui. Ada yang aneh saat dia melewati mesjid. Biasanya Kania memilih jalan ke kiri menuju keluar rest area, jalannya lumayan besar cukup untuk dua mobil kecil. Tapi yang dia lihat  hanya jalan setapak menuju sebuah perkampungan. Setelah melewati mesjid, Kania berhenti dan mencoba melihat ke belakang. Betapa terkejutnya Kania, di belakangnya tak terlihat apapun semuanya gelap.

Kania kembali membalikan tubuhnya. Gadis kecil itu sudah berada jauh di depannya. Kania berlari mengejar dan berjalan di sampingnya. Tiba di suatu tempat terlihat cahaya lampu dari kejauhan. Langkah gadis kecil semakin cepat, sepertinya gadis itu ingin segera sampai di rumah. Rumah-rumah di perkampungan itu terlihat begitu sederhana. Rumah panggung yang terbuat dari bambu. Sungguh sesuatu yang pemandangan menarik dan mengherankan bagi Kania. 

Gadis itu berhenti di gerbang sebuah rumah. Gerbang terbuat dari pagar bambu yang tingginya melebihi ukuran orang dewasa. Ukurannya paling besar jika di banding rumah-rumah lainnya. Badannya menapak di tanah, tapi yang membuat Kania heran temboknya hanya setengah badan, dan sisanya tetap menggunakan bilik dari bambu. Kania menatap rumah itu dari balik pagar. Nampak pintu rumah terbuka lebar.

Tiba-tiba seorang pria keluar dari rumah. Pria berkemeja kotak-kotak dengan kumis besar melintang di  bibirnya. Alis tebal dan sorot mata yang tajam. Tubuhnya yang tinggi besar membuat Kania sedikit takut. Gadis itu menarik tangan Kania yang masih berdiri mematung di depan gerbang. Mereka bersembunyi di balik pohon akasia yang tumbuh besar di samping rumah.

"Mengapa kita sembunyi? Memangnya siapa laki-laki itu?" Bisik Kania.
"Dia itu kepala kampung di sini, dia pasti mencari saya." Jawab gadis itu.
"Mengapa dia mencarimu?" Kania heran.

Gadis itu tidak menjawab, dia menarik tangan Kania dan bergegas memasuki halaman rumah. Mengetuk pintu perlahan. Terdengar suara seorang wanita diiringi langkah kaki yang tergesa. 

"Erika... Kamu pulang nak!" Seorang wanita menghampiri, wajahnya yang cantik terlihat sumringah, dengan gembira dipeluknya gadis kecil yang di panggil Erika.
"Iya Bu... Erika pulang." Jawab Erika sambil membalas pelukan wanita itu. Wanita itu segera menutup pintu, namun seketika berhenti saat melihat Kania.
"Erika siapa wanita itu?" Matanya menatap Erika cemas.
"Ini temen Erika, dia yang mengantar Erika pulang." Jawab Erika sambil mengajak Kania masuk. Wanita itu menatap Kania dengan sorot mata tidak suka.
"Maaf Bu... Saya Kania, saya mengantar anak ibu pulang, tadi saya menemukan dia di rest area, dia takut pulang sendiri karena di kejar-kejar seseorang." Jelas Kania sambil mengulurkan tangannya.
Wanita itu menerima uluran tangan Kania lalu mengajaknya masuk.

Setelah sampai di ruang tamu, wanita itu mempersilahkan Kania duduk. Dia sendiri menarik tangan Erika dan mengajaknya ke ruangan yang lain. Mata Kania  berputar mengelilingi ruangan tersebut. Sebuah meja kecil berisi beberapa buku di sudut  rumah.  Lukisan seorang gadis berkebaya terlihat di atasnya. Kania memandang sudut lainnya terlihat sebuah guci yang cukup besar berisi payung yang di simpan di dalamnya, gagang payung menyembul di atasnya.

"Kak..." Suara gadis itu mengagetkan Kania. Segera Kania menengok ke arah suara. Gadis kecil itu sudah berdiri di sisinya. Wajahnya nampak tegang.
"Ada apa?" Kania menatapnya heran.
"Kakak terimakasih sudah mengantar saya, dan kakak tidak boleh kembali ke tempat yang tadi." Lanjutnya.
"Iya, tapi ...." Belum selesai Kania bicara gadis itu menarik tangannya dan membawa Kania ke ruangan lain. Dengan ketakutan gadis itu berlari dan masuk ke sebuah ruangan. Kania di minta bersembunyi di sana. Gadis itu menguncinya dari luar.
"Dek... Buka pintunya, kenapa pintunya di kunci?" Kania menggedor pintu dengan keras. 
"Kakak gak boleh pergi dari sini, kakak harus tetap di sini, di luar sana ada banyak orang jahat yang akan mengganggu kakak, kalau kakak tetap di sini kakak pasti aman. Kakak jangan khawatir saya pasti akan menjaga kakak." Terdengar suara langkah gadis itu menjauh.

Kania menarik napas, matanya memperhatikan isi kamar. Sebuah dipan yang terlihat rapih, lemari pakaian dengan cermin yang besar. Meja rias dan kursi kayu di sampingnya. Jendela kayu yang tertutup rapat. Kania mendekat ke jendela, berusaha membukanya. Digincang-guncangkan namun jendela itu tak bergeming sedikitpun. Kania terduduk di pinggir dipan, hatinya mulai cemas dengan kejadian yang menimpanya saat ini.

Entah sudah berapa lama Kania terduduk. Kepalanya mulai pusing, kerongkongannya terasa kering. Kania bangkit dari dipan berusaha mendekati pintu dan memanggil-manggil gadis kecil yang menguncinya.
"Dek buka pintunya, kakak haus ..." Kania kembali berteriak sampai suaranya terasa serak, namun tetap tak ada jawaban. Kania terduduk rasa haus dan lapar semakin terasa. Kania terus berteriak sampai akhirnya dia terkulai lemas.

Mata Kania perlahan terbuka saat sinar matahari dari sela-sela jendela menerpa wajahnya. Kania segera bangkit dari tidurnya, namun badannya terasa begitu lemah. Kania beringsut mendekat jendela. Tangannya meraih besi teralis dan berdiri perlahan. Diraihnya selot jendela dan perlahan di bukanya. Tidak di sangka jendela terbuka.

"Aneh mengapa mudah sekali padahal semalam sepertinya sangat sulit." Batin Kania. Mata Kania melihat keluar jendela, hamparan kebun teh terlihat hijau. Awan putih dan gunung yang menjulang terlihat begitu indah diatas perkebunan. 

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, gadis kecil tersenyum dan berjalan mendekati Kania.
"Kakak... Apakah kakak baik-baik saja?" Mata bulatnya menatap Kania.
"Tolong keluarkan kakak dari sini, kakak ingin pulang." Jawab Kania memohon.
"Jangan khawatir kakak, saya akan mengantar pulang, tapi tidak bisa sekarang, karena kakak belum sembuh, kakak harus sehat dulu." Jawabnya.
"Kakak tidak ada apa-apa, kakak ingin pulang...!" Jawab Kania sambil berjalan menuju pintu. Namun kakinya terasa lemas. Sampai akhirnya dia terjatuh di bawah kaki gadis kecil itu.
Gadis itu meraih tangan Kania dan membawanya ke dipan. Di letakan ya tubuh Kania.
"Kakak tunggu di sini saya mau mengambil air." Gadis itu melangkah keluar. Tidak begitu lama dia kembali. Ada baki kecil di tangannya, berisi segelas air dan satu buah lap. Gadis itu menyodorkan air. Kania meraihnya tak sabar. Diteguknya air itu sampai habis.
"Kakak ini ada lap basah, kakak bisa menggunakannya untuk membersihkan wajah." Lanjutnya. Kania menatap lap yang di berikan gadis itu. Perlahan tangannya meraih lap dan mulai membersihkan wajahnya. Setelah selesai Kania memberikan lap tersebut.
"Kakak saya akan membawa makanan untuk kakak, jangan kemana-mana tunggu di sini ya." Gadis itu berlalu sambil membawa gelas kosong dan lap basah Bekasi Kania. Untuk  beberapa saat Kania terdiam, dia masih belum yakin kalau gadis itu akan mengantarnya pulang. Bagaimana mungkin dia melakukan itu, bukankah dia juga tidak bisa pulang kerumahnya kalau Kania tidak mengantarnya. 
Mengingat itu Kania bangkit dan mendekati jendela yang terbuka. Kakinya segera melangkah dan melompati jendela. Brugg.. Kania terjatuh diatas hamparan rumput hijau disamping jendela. Kania segera bangkit dan berlari menjauhi jendela. Kania terus berlari tanpa tahu kemana dia harus perg. Sampai akhirnya Kania berhenti. Didepannya terlihat jurang yang menganga, Kania bingung kemana dia harus pergi. Dia tidak ingin kembali tapi tidak mungkin juga dia melompati jurang itu.
Tiba-tiba terdengar suara gadis itu berteriak. Suaranya keras memanggil Kania. Kania mulai gelisah, suara gadis itu semakin mendekat. Dari kejauhan nampak gadis itu berlari mendekatnya.
"Jangan mendekat, kakak tidak ingin kembali ke sana." Ujar Kania sambil mengangkat tangannya ke arah gadis itu. 
Tapi gadis itu terus mendekat, dia berusaha membujuk Kania.
"Kakak kembalilah, jangan pergi saya tidak ingin kakak pergi." Suaranya gemetar.
Kania menggeleng, sambil merentangkan tangan Kania meminta agar gadis itu tidak mendekatinya. Tapi gadis itu terus mendekat






 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A. MENGENAL NEGARA-NEGARA ASEAN

SEGITIGA RESTITUSI