SENANDUNG RINDU UNTUK VIRA
Semenjak
kecelakaan itu papah selalu diantar mang
Ujang. Kemanapun Papah bertugas mang
Ujang selalu siap mengantarnya. Mamah tidak mengijinkan papah membawa mobil.
Mungkin Mamah tidak ingin kejadian yang sama terulang.
Reihan
sendiri semakin bersemangat untuk kuliah. Setelah berhasil dengan tantangan itu
Reihan semakin dekat dengan Vira. Hal ini membuat Risma cemburu. Dia berusaha
mencari informasi langsung ke teman-temannya.
“Ris…
kami tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka. yang jelas Reihan telah
berhasil memenangkan tantangan itu, itulah sebabnya mereka semakin dekat”,
Jawab Egi
“Tantangan
Apa..?”,
Teman-temannya
menceritakan keberhasilan Reihan memenangkan tantangan itu. Risma hanya
terdiam. Dia merasa ada yang lain dengan Reihan. Risma berusaha untuk
meyakinkan hatinya. Namun ketika dilihatnya Reihan dan Vira semakin dekat.
Risma mulai gelisah.
***
Reihan
menunggu Vira di parkiran. Dia minta diantar Vira membeli buku. Vira setuju
mengingat dulu Reihan juga pernah membantunya. Yang ditunggu segera datang,
Vira segera naik dan mereka mulai menembus keramaian jalanan.
Sesampai
di toko buku Vira segera mencari buku yang Reihan butuhkan. Setelah dapat Vira
mengajak Reihan untuk pulang.
“Aku
haus.. gimana kalau kita nyari minuman dulu”.
Vira
hanya mengangguk. Siang itu udara sangat panas Vira juga merasa haus. Reihan
segera menuju café terdekat.
“Rei…
mengapa minta aku yang nganter, teman-teman kamu banyak, aku yakin mereka pasti
mau nganter kamu nyari buku”. tanya Vira
Reihan
tidak menjawab, dia malah tersenyum dan meneguk minuman di depannya sampai tak
bersisa. Vira menatap heran.
“Pelan-pelan
minumnya”, Vira mengingatkan.
“Vir…
aku memang punya banyak teman, tapi yang tahu tentang buku kayaknya Cuma kamu,
lagipula aku seneng jalan sama kamu, apa kamu juga seneng jalan sama aku..?”.
Reihan
menatap Vira. Yang ditatapnya hanya tersenyum dan berusaha menghindari tatapan
Reihan.
“Apa
kamu seneng jalan sama aku Vir…?”, Reihan mengulangi pertanyaannya.
Vira
hanya tersenyum. kemudian berdiri dan mengajak Reihan untuk segera pulang.
“Kamu
belum jawab pertanyaanku..?”, Reihan menatapnya tajam.
“Apakah
harus dijawab sekarang?”, Vira balik bertanya.
Reihan
mengangguk. Vira tersenyum dia berdiri dan berjalan meninggalkan Reihan. Reihan
segera mengejar dan meraih tangannya. Tangan itu digenggamnya erat. Vira
berusaha menarik tangannya tapi Reihan tidak melepaskannya.
“Aku
tidak akan melepaskan, sebelum kamu menjawabnya”.
“Baiklah…
tapi lepaskan dulu”, Vira kembali berusaha menarik tangannya.
“Kamu
janji ..?”.
“Ya
aku janji…”, Reihan segera melepaskan tangan Vira.
Vira
menatap Reihan lembut, bibirnya mulai bergerak mengucapkan kalimat yang ingin
di dengar oleh Reihan.
“Aku
juga suka jalan dengan kamu…”, suara
Vira terdengar pelan dan lirih.
Reihan
merasa bahagia. Ternyata bukan hanya dia, Vira juga merasakan hal yang sama.
Semua yang ada didekatnya nampak lebih indah dari sebelumnya. Angin yang bertiup
laksana senandung merdu yang membisikan kata indah dan harapan. Reihan berjanji
untuk menjaga hatinya untuk Vira. Dan Vira akan selalu menunggu Reihan
dihatinya. Bersambung
Penulis,
Yuningsih
NPA:10111300311
#Menulis PGRI ke-17
Komentar
Posting Komentar