MENGAPA HARUS TANTE RANI (BAG.3)
Reihan
menutup telponnya. Wajahnya tampak tegang. Vira memandangnya heran. Baru kali
ini dia melihat Reihan dengan wajah seperti itu.
“Ada
apa Rei…?”.
Reihan
hanya tersenyum berusaha menyembunyikan perasaannya. Dia tidak ingin Vira
khawatir.
“Tidak
ada apa-apa, aku hanya sedikit tegang, permohonan judul skripsi yang kuajukan
katanya kurang menantang, jadi harus nyari judul yang baru..”, Jawab Reihan
sambil meneguk minuman dihadapannya.
“Oh…
ku kira ada hal lain yang lebih serius, nanti kita coba cari judul yang lain
untuk jaga-jaga biar kalau ditolak sudah ada gantinya”.
Vira menatap Reihan seolah ingin memastikan apa
sebenarnya yang terjadi. Reihan berusaha menghindari tatapan Vira.
“Terimakasih…
Vir, sore ini aku tidak bisa mengantarmu pulang, aku ada janji sama kakak, kamu
gak apa-apa pulang sendiri..?”.
“Tidak
apa-apa, nanti aku bareng sama Anita”, jawab Vira sambil tersenyum.
Setelah
kuliah selesai Reihan menyempatkan diri menemui Anita. Dia meminta Anita untuk
menunggu Vira karena Reihan tidak bisa mengantarnya. Setelah memastikan Anita
bersedia menunggu Vira, Reihan segera menjalankan mobilnya untuk menemui
seseorang.
Reihan
tiba ditempat. Matanya berkeliling mencari orang yang akan ditemuinya. Namun
tak satupun yang Reihan kenal. Reihan
mencari tempat untuk menunggu dan mulai memainkan hp-nya.
“Rei…
maafkan Papah terlambat, tadi baru selesai meeting”.
Suara
Papah terdengar cemas. Reihan menutup hp-nya, matanya menatap Papah tajam.
“Ada
apa kamu minta ketemu Papah disini, bukankah kita bisa bertemu di rumah..?”,
tanya Papah balik menatap Reihan.
“Rei
tidak mau membahas ini di rumah…”. Suara Reihan tegang.
“Mau
bahas apa Rei…”, Papah mulai curiga
“Mengapa
Papah melakukan ini ke Mamah, bagaimana kalau Mamah tahu hubungan Papah dengan
tante Rani”.
Reihan
tidak bisa menahan perasaannya. Matanya menatap tajam. Papah nampak kaget
dengan kata-kata Reihan.
“Jadi
kamu sudah tahu hubungan Papah dengan tante Rani..?”, Papah menarik napas
panjang.
“Rei…
papah minta maaf, ini semua kesalahan Papah. Papah tidak ingin menyakiti hati
Mamah, tapi papah tidak berdaya, kalian boleh menghukum papah apa saja tapi
tolong jangan menganggu tante Rani, dia tidak bersalah..”.
“Tidak
berdaya bagaimana, jelas-jelas papah mengkhianati mamah, Rei… tidak ingin mamah
tahu hal ini, jika terjadi sesuatu dengan mamah Rei pasti menyalahkan Papah”,
Reihan tampak emosi.
“Rei…
papah janji Mamah tidak mengetahui ini, tapi kamu juga harus janji untuk
memperlakukan tante Rani dengan baik, dia sedang mengandung anak Papah”, Papah
nampak gelisah.
“Baik…
selagi Papah tidak menyakiti Mamah, Rei juga tidak akan menyakiti tante Rani,
satu lagi beritahu mang Ujang untuk tidak membocorkan rahasia ini ke orang lain
apalagi ke Mamah”, kata Reihan sambil berdiri meninggalkan Papah.
Reihan
tiba di rumah. Wajahnya masih terlihat tegang. Dia segera memarkirkan mobilnya
dan berusaha untuk tenang agar mamahnya tidak curiga.
“Rei…
tumben sudah pulang, biasanya kamu pulang menjelang magrib”, mamah menatap
Reihan.
“Ya…
mah kuliahnya tinggal sedikit lagi, jadi tidak terlalu sibuk”, Jawab Reihan
sambil mencium tangan Mamah.
“Risma
juga sedang nyusun katanya dia sudah hampir selesai”.
“Mamah
bertemu Risma kapan..?”, Reihan tampak heran.
“Waktu
mamah cek up ke rumah sakit, kebetulan Risma juga sedang mengantar mamahnya,
dia cerita banyak tentang skripsinya, juga tentang pacar kamu itu, kenapa gak
kamu kenalkan ke mamah..?”.
“Siapa
tadi namanya yah…?”, lanjut mamah.
“Vira..
mah, nanti kalau ada kesempatan Rei kenalkan ke Mamah, Rei mandi dulu ya Mah..”,
Kata Reihan sambil melangkah menuju kamarnya.
Selesai
makan malam Reihan segera ke kamarnya. Dia masih kesal dengan Papah juga tante
Rani. Semoga saja Mamah tidak mengetahui.Tapi entah sampai kapan hal ini bisa
ditutupi dari Mamah.
Terdengar
pintu kamar diketuk. Mamah muncul dan menghampiri Reihan yang terbaring. Mamah
mendekati Reihan. Segera reihan duduk dan berusaha menyembunyikan
kegelisahannya.
“Ada
apa? Ada masalah sama Vira ?”, tanya mamah lembut.
“Tidak
Mah… kenapa?”, Reihan balik bertanya.
“Kamu
gak bisa sembunyi dari Mamah, sedang ada masalah apa?”.
Naluri
Mamah tidak bisa dibohongi. Tapi tidak mungkin Reihan menceritakan hal ini,
bisa-bisa sakit Mamah kambuh.
“Tidak
ada Mah… Rei Cuma cemas, takut judul skripsi yang diajukan di tolak, kata
pembimbing kurang menantang..”, jawab Reihan.
“Oh…begitu,
coba cari judul lain sebagai cadangan biar kalau ditolak ada gantinya”.
“Iya
mah.. Vira juga menyarankan seperti itu”.
“Vira
itu seperti apa sih… mamah jadi penasaran, tadi Risma juga cerita, katanya kamu
sibuk sama Vira, sampai lupa dengan Risma”.
“Bukan
seperti itu Mah, Risma yang sibuk sampai lupa ketemu Rei… dia benar-benar ingin
mendahului Reihan”.
“Ya…
nanti sekali-kali kamu bawa Vira ke sini yah, mamah ingin kenal”, Sambil terssenyum.
“Ya
Mah… nanti Reihan ajak ke sini”.
“Ya
sudah… kamu istirahat, jangan terlalu dipikirkan, nanti malah gak beres-beres
skripsinya”.
Mamah
berdiri dan meninggalkan Reihan. Reihan hanya menatapnya dia masih tidak
percaya kalau papah bisa mengkhianati mamah. Semoga saja ada jalan keluar untuk
ini. Bersambung
Penulis,
Yuningsih
NPA:10111300311
#menulis PGRI ke-21
Komentar
Posting Komentar