MENGAPA HARUS TANTE RANI (BAG.2)
Tante Rani berdiri mematung. Wajahnya pucat, bibirnya tampak gemetar. Tiara dan reihan langsung masuk tanpa memperdulikan tante Rani yang berdiri disamping pintu.
“Tiara,
Reihan darimana kalian tahu rumah saya..?”, suaranya terdengar gemetar.
“Tante…
mengapa tante melakukan ini, bukankah Mamah sudah melarang Tante mendekati
papah?”, Tiara menatap tajam.
“Tante
minta maaf…”, Tante Rani menangis.
“Apa
yang tante lakukan melukai kami, apakah tante menyadari itu?”, Reihan menarik
napas dan berusaha menahan amarahnya.
Tante
Rani hanya terdiam. Tiba-tiba seorang anak perempuan berusia 5 tahun
menghampiri tante Rani dan memintanya untuk mengantar ke sekolah. Tante Rani
nampak bingung.
“Putri
jangan ke sekolah dulu, Bunda sedang ada tamu, minta bibi saja yang nganter…”.
Suara
tante Rani lembut sambil membelai gadis kecil di depannya. Namun gadis itu
tidak mau dan tetap meminta bundanya yang mengantar.
Tiara
mendekati gadis kecil itu dan berbicara dengan lembut.
“Nak…
jangan khawatir, bunda pasti mengantar kamu ke sekolah”, Tiara memberi isyarat
ke Tanti Rani untuk mengantarnya sekolah. Tante Rani mengangguk. Dia meminta
gadis kecil itu menunggu sebentar. Kemudian kembali dan pamit untuk mengantar
gadis kecil itu sekolah.
Reihan
melihat-lihat rumah yang didiami Tante Rani. Rumah yang sederhana namun rapih dan terawat. Tiba-tiba
seorang wanita paruh baya datang membawakan minuman.
“Bi…
bibi siapanya tante Rani..?”, tanya Reihan.
“Saya
pembantunya Den… bapak meminta saya menemani ibu, takut terjadi sesuatu dengannya,
beliau baru di sini dan tidak punya siapa-siapa”, jawabnya.
Reihan
hanya mengangguk. Tidak lama tante Rani kembali.
“Bi..
tolong tunggu Putri di sekolah, takut dia menangis kalau tahu saya tidak ada”,
pinta tante Rani ke Bibi.
Wanita
itu segera pergi dan meninggalkan tante Rani bersama Reihan dan Tiara.
“Tante
tolong ceritakan apa sebenarnya yang terjadi”, tanya Reihan
Tante
Rani menceritakan kalau dirinya sudah menikah dengan pak Farid papahnya Reihan.
Pernikahan itu terjadi saat kecelakaan menimpa pak Farid, secara tidak sengaja
mereka bertemu. Tante Rani menolong pak Farid yang mengalami kecelakaan.
Kemudian tante Rani menghubungi bu Yeni mamahnya Reihan. Tidak lama bu Yeni
datang menjemput pak Farid. Namun dari pertemuan itu pak Farid sering ke
rumahnya dan kemudian mereka menikah. Kini dirinya sedang mengandung anaknya.
“Mengapa
Tante mau diajak menikah sama Papah, bukankah tante tahu kalau Papah punya
keluarga..?”, Reihan tampak geram
“Sudahlah
Rei… ini semua sudah terjadi, yang perlu kita pikirkan bagaimana supaya mamah
tidak tahu hal ini, kakak takut kalau dia tahu sakitnya kambuh”.
Tiara
berusaha menenangkan Reihan terdiam, tante Rani mulai menangis. Reihan
menatapnya kesal.
“Kenapa
menangis..?, harusnya Tante tidak melakukan ini, kalau terjadi apa-apa dengan
mamah, saya pasti menyalahkan Tante”, Reihan berdiri dan berusaha menahan
amarahnya.
“Tante…
begini saja, saya akan memikirkan jalan
keluarnya, nanti kalau sudah ada, saya telpon tante, saya minta jangan
menunjukan diri di depan mamah atau siapapun yang dekat dengan mamah, dan ingat
jangan bilang ke Papah kalau kami kesini”, lanjut Tiara
Tante
Rani mengangguk. Reihan dan Tiara bergegas keluar. Mobil kembali melaju di
jalanan yang mulai ramai.
“Kak…
darimana kakak tahu tentang ini, mengapa baru bilang sekarang?”, Reihan tampak
putus asa.
“Kakak
tahu dari suami kakak yang tidak sengaja bertemu Bu Lely bekas sekretaris papah
itu, bu Lely bilang melihat tante Rani dan Papah di Bogor waktu menemani suaminya menghadiri undangan rekan
kerjanya, lalu suami kakak mencari tahu keberadaan tante Rani ternyata seperti
yang kamu lihat tadi…”.
Reihan
menarik napas panjang. Betapa sedihnya jika mamah tahu papah sudah menikah,
bahkan sebentar lagi akan mempunyai anak dari tante Rani.
“Lalu
apa yang harus kita lakukan sekarang kak..?”, Tanya Reihan.
“Kakak
juga tidak tahu Rei… kakak tidak mungkin memisahkan Papah dan tante Rani,
karena mereka sebentar lagi akan memiliki anak, yang harus kita pikirkan
sekarang bagaimana caranya agar Mamah tidak tahu kejadian ini, kakak takut
mamah sakit lagi..”, jawab Tiara.
“Kak…
selain kita apa ada yang tahu kejadian ini?”.
“Ada…
Mas Iwan suami kakak, bu Lely dan suaminya, dan pak Ujang sopir papah”.
“Kalau
begitu kita harus bicara dengan mereka agar tetap menjaga rahasia ini”.
“Kakak
setuju..”.
Penulis,
Yuningsih
NPA: 10111300311
#Menulis PGRI ke-20
Komentar
Posting Komentar