MENULIS DENGAN HATI
Tulisan yang dibuat dengan hati
akan mengalir dan mudah diterima. Tulisan terlahir dari apa yang dilakukan dan
dirasakan penulisnya. Hasilnya pun akan lebih mudah diterima dan tentu saja pembaca
pun akan terbawa dan ikut merasakan apa yang dialami penulisnya.
Narasumber belajar menulis
bersama Omjay kali ini adalah Bapak Dede Suryana, S.Pd. M.M yang akrab disapa
dengan sebutan Abah. Abah ini seorang
juara guru SD inspiratif Kemdikbud tingkat nasional, Seorang guru
honorer yg telah mengabdi baru 33 tahun di dunia pendidikan yaitu sejak tahun
1987. Abah mengabdi disekolah inklusif dan memberikan pendidikan untuk anak
berkebutuhan khusus (ABK)
Bicara tentang Sekolah inklusif
adalah filosofi pendidikan, bukan lembaga, inklusif adalah sistem pendidikan
yang mengakomodir seluruh peserta didik baik yang reguler atau pun ABK tanpa
diskriminasi. Pengabdian tanpa pamrih yang abah berikan untuk sekolah ini
membawanya menjadi juara inobel ke 2 TK
nasional dan sekarang mendapat apresiasi guru inspiratif.
Lalu bagaimana seseorang bisa
menulis dengan hati?
Menulis dengan hati adalah menulis
apa adanya. Menuliskan apa yang dirasakan dan dialami tanpa berharap tulisan
itu bisa menghasilkan materi. Apa yang ditulis mengalir begitu saja. Sesuai dengan
apa yang dilihat, dialami dan dirasakan. Dengan harapan tulisan itu bisa menginspirasi banyak orang.
Pengabdian menjadi
guru merupakan tuntutan hati. Belum terakomodirnya
pendidikan inklusif membuat beliau terpanggil untuk mengabdikan diri sekaligus
memberikan semua yang terbaik untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Melayani dengan
sepenuh hati tanpa membedakan dan menjadikan perbedaan itu sebagai anugrah.
Semua yang beliau alami dan
rasakan dituliskan dalam sebuah tulisan dengan judul “Pemberdayaan Tutor Sebaya
Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pdbk Dalam Seting Inklusif”.
Tulisan inilah yang mengantarkan beliau menjadi juara inobel ke -2 TK nasional
dan sekarang mendapat apresiasi guru inspiratif.
Kesuksesan itu berproses. Seseorang
yang mempunyai kemampuan kemudian sukses itu karena mereka tidak tahu kapan
waktunya untuk menyerah. Melakukan pekerjaan tanpa pamrih hanya berharap orang
lain terinspirasi akan memberikan kepuasan yang melebihi dari materi itu sendiri.
Komentar
Posting Komentar