SETIA SELAMANYA
Menjalani kehidupan sampai maut memisahkan menjadi keinganan semua pasangan. Namun tak disangka ketika keinginan terwujud duka yang dialami begitu dalam. Kebersamaan yang lama menggoreskan kenangan yang tak mungkin hilang. Saat usia tak lagi muda menjalaninya sungguh hal yang tak mudah.
Setengah berlari aku mengikuti langkah suamiku. Dengan bergegas
dia mengambil stateskup dan alat bantu napas dikamar periksa. Melangkah tergesa menuju rumah dimana seseorang menunggu untuk segera diberi pertolongan.
Rumah yang sudah penuh oleh tetangga yang menjenguk. Suara tangis
terdengar di pojok rumah.
Suamiku mencari socket untuk memasang alat bantu pernapasan,
dengan segera memasangkan ke sosok yang tergeletak lemah di tengah ruangan. Dengan
perlahan tubuh itu diangkatnya disandarkan pada bantal yang disusun tinggi. Suamiku
membisikan sesuatu ditelinganya. Dengan perlahan matanya terbuka dan mulai
mengikuti apa yang diminta suamiku.
Beberapa menit berlalu tidak Nampak ada perubahan, tubuh itu
tampak tidak menunjukan reaksi yang berarti. Napasnya masih terlihat sesak,
hidungnya sudah tak bisa menarik udara dengan baik. Hanya melalui mulut saja
itupun amat sulit.
Airmataku mulai menetes. Tak sanggup rasanya melihat sosok lemah didepanku. Sosok yang begitu bersahaja, ramah, dan selalu tampak
bahagia. Di usianya yang tak lagi muda beliau selalu berusaha menjalankan
kewajibannya di mushola.
Masih terbayang dimataku, dengan tongkat ditangan menyusuri jalan perlahan menuju mushola. Ketika
Tongkatnya menyentuh pintu, Segera diletakkanya tongkat itu dan mulai
berjamaah mengikuti imam. Sungguh suatu
pemandangan yang sangat menyentuh.
Kini tubuh itu tergeletak lemah di depanku. Suara mesin dari
alat bantu napas masih terdengar. Namun alat itu tak sanggup membantu
menghilangkan rasa sakit dan sesak di dadanya. Di sudut rumah seseorang
terduduk lemah. Isaknya perlahan
berusaha untuk disembunyikan tapi tetap terdengar.
Aku sangat mengenalnya wanita kuat yang selalu bersemangat. Setia
dan penuh kasih sayang. Tak pernah mengenal kata lelah. Selalu berusaha membantu sekecil apapun yang ia
mampu. Mendampingi suami dalam suka maupun duka. Tak berbeda dengan suaminya diapun sudah tak berdaya selalu ditemani tongkat ditangannya.
Airmataku semakin deras kupegang kaki yang Nampak membengkak,
ku pijit perlahan terlihat ada luka bakar yang mulai membaik. Lalu kualihkan
mataku ketangannya Nampak cairan berwarna kebiruan melepuh dan menggelembung dijari-jarinya.
Malam itu kakek
berusaha menyalakan obat nyamuk bakar dengan korek gas ditangannya. Nyamuk
sangat menganggu tidurnya malam itu. Dengan tangannya yang gemetar berusaha
menyalakan korek, mengambil obat nyamuk bakar dan menyalakannya. Namun tidak
disangka korek itu meledak, dengan cepat membakar lemari plastic di sampingnya.
Kakek terkejut dengan segera bangkit, namun kakinya sulit
melangkah tongkat yang biasa menopangnya berada jauh di pinggir tempat tidur. Berusaha
memadamkan api dengan kaki dan tangannya. Tapi api tak juga padam malah semakin
membesar. Kakek berusaha membangunkan istrinya kemudian berjalan perlahan
mengambil air untuk memadamkan api.
Nenek yang mendengar suara kakek memanggil segera bangun,
melihat api didepannya segera bangkit dan keluar dengan menyusuri tembok lalu
berteriak meminta tolong. Tetangga segera datang, dan berusaha memadamkan api.
Setelah padam nenek pun terduduk dan menangis, namun seketika
bangkit matanya mencari sesuatu, berjalan perlahan dan mencari keberadaan kakek. Tetanggapun berusaha mencari kakek di belakang, ternyata kakek sedang berusaha mengambil
air dengan menggunakan ember. Karena tenaganya yang sudah tak kuat lagi ember
yang berisi air itu tak bisa diangkatnya denga cepat hanya mampu bergeser
beberapa langkah saja dari kamar mandi.
Nenek segera menghampiri dan bilang kalau gak usah dibawa
ember itu, apinya sudah padam. Kakek segera kembali lalu duduk dan
memandangi lemari plastik yang terbakar. Hampir seluruh lemari itu terbakar
tinggal ujungnya saja yang tersisa.
Beberapa saat dia terduduk, ada sesuatu yang pedih dikakinya ternyata kakinya sedikit luka dan terbuka karena terkatuk ubin dikamar mandi
tadi. Tangannya pun tampak melepuh, bekas tadi saat berusaha memadamkan api.
Semenjak itulah dada kakek mulai terasa sakit, sulit bernapas
dan terasa sesak. Namun dia tidak ingin membuat nenek khawatir berusaha
diam sampai akhirnya kakinya membengkak dan tak kuat berjalan.
Aku kembali melirik sosok di pojok, kuhampiri kupegang
tangannya dan meminta dia untuk pindah di sisi kakek. Diapun beranjak dan
berbaring di sisi suami tercintanya, diraihnya tangan yang tergeletak lemas,
dipeluknya erat sambil menangis. Kembali airmataku mengalir. Keajaibanpun
terjadi napas kakek mulai stabil, perlahan diapun memejamkan matanya dan
tertidur.
Ya ..allah begitu kuat ikatan diantara mereka, saat salah
satu mengalami hal sulit sentuhan kecil bisa membuatnya lebih tenang. Aku mengambil
kain dan menyelimuti tubuh nenek. Aku memintanya untuk tidur di samping kakek. Diapun
mengangguk matanya menatap lembut airmatanya kembali menetes.
Beberapa saat aku duduk dan menemani dua insan yang mulai
tertidur. Suamiku mencabut alat bantu napas setelah dirasa cukup. Berpesan kepada
mereka yang hadir untuk tidak meninggalkannya. Aku dan suami pamit sambil ku
elus wajah itu dan berbisik cepat sembuh ya nek…kek, dan tidurlah dengan
tenang.
Sesampai di rumah aku coba mengingat kembali berapa tahun
usia mereka, aku ingat waktu kecil aku selalu bermain di rumahnya. Saat itu usia mereka sekitar 40 tahun, anak-anaknya juga sudah banyak
yang menikah. Kini usiaku hampir 44 tahun, usia mereka sekarang dua kali lipat usiaku. Mereka
hanya hidup berdua semua anak2nya jauh. Bahkan ada anaknya yang sudah pergi
mendahuluinya.
Ya … allah siapa yang akan merawat mereka saat anak-anaknya jauh,
mereka hanya berdua hanya tetangga yang paling dekat yang merawatnya. Aku hanya
bisa membayangkan saat nanti aku ada di usia mereka. Aku tak berharap itu terjadi semoga allah selalu
melindunginya dan juga melindungiku…
"Cerita ini di dedikasikan untuk Abah Uhid dan emak okah.. semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kalian berdua, cepat sembuh ya Abah...🤲".
Kisah yg mengharukan. Dapat sebagai kaca kita yg akan menghadapi usia senja.. Semoga diberikan umur panjang...Aamiin..
BalasHapusAmiin ya robbal alamin... Kisah paling romantis dan mengharukan yang saya saksikan sendiri... 😭
HapusAmin ya Allah amin yarobballaminnnn🤲🤲🤲🤲🤲injin copasss
BalasHapusMangga....🙏
HapusSalam kenal bu
BalasHapusSalam kenal juga bu...
HapusKisah yang menarik
BalasHapusTerimakasih...
HapusMenarik bu ceritanya...
BalasHapusKisah yang menarik, menuturkannya dengan baik, sehingga serasa hadir disana
BalasHapusTerimakasih ...
HapusKisah yg menarik
BalasHapusMasyaa Allah.. Kisah yg menarik bun...
BalasHapus