BELAJAR MENJADI REPORTER
Menjadi
reporter merupakan profesi yang berhubungan dengan pencari berita. Tugasnya melaporkan
hasil dari pencariannya, baik berupa tulisan maupun lisan yang dilaporkan di
media elektronik maupun cetak. Profesi ini sangat menarik, orang akan membaca/
mendengarkan hasil laporannya apabila hal yang dilaporkan dikemas dengan baik
dan unik.
Berbicara
tentang reporter pasti identik dengan wartawan. Dimana tugasnya adalah
melaporkan berita yang sudah di dapatnya tanpa unsur tambahan dari manapun
benar-benar murni hasil pencariannya bukan opini/pendapat dari si pembuat
berita.
Pemateri
ke-12 di grup belajar menulis bersama Omjay adalah seorang wartawan senior yang
sudah banyak makan asam garam jurnalistik. Beliau adalah Bapak Nur Aliem Halvaima, SH, MH, yang dikenal
dengan nama Nur Terbit.
Nur (panggilan akrab) menjalani
profesi wartawan daerah di Makassar sejak masih kuliah, berlanjut jadi
koresponden Harian Terbit (Pos Kota Grup) di Sulawesi Selatan. Kegiatan pak Nur adalah Menulis berita, peristiwa,
laporan langsung dari lapangan. Terkadang Laporan yang beliau tulis dilengkapi foto dari TKP (tempat kejadian
perkara) ke kantor redaksi koran/media.
Selain menulis berita
pak Nur juga sering membuat artikel. Menurut beliau ada perbedaan antara menulis
berita di koran dengan menulis untuk artikel.
Menulis artikel (karangan ilmiah, skripsi, makalah, tesis atau
disertasi) mempunyai format atau standar
baku, yang harus dipenuhi oleh penulisnya. Dalam penulisan ilmiah, tidak boleh memasukkan
opini penulisnya, harus asli dari sang ahli
Untuk opini bisa di isi
oleh siapa saja yang penting sesuai keahlian dan bidang yang dikuasainya.
Menurut beliau untuk jenis tulisan ini, ada kompensasi dari redaksi, berupa
honorarium yang besarnya tergantung kemampuan media yang bersangkutan. Mereka yang
ahli di satu bidang ilmu, bisa menjadi
penulis tetap tentunya dengan honor yang lumayan. “Saat ini media besar seperti
Kompas, Majalah Tempo, Republika, Media Indonesia dan beberapa majalah
menerapkan standar honor”, lanjutnya.
Masuknya era digital membuat
media cetak mulai kehilangan daya tariknya. Semua informasi dapat diakses
dengan hanya menekan tombol di hand phone. Hal ini tentu mengurangi pasar media
cetak. Banyak orang yang beralih menggunakan media online untuk mengkases
informasi yang mereka perlukan. Tentu saja ini sangat berpengaruh pada omset
pemasaran media cetak.
Disisi lain, media
online semakin marak dan tentu saja membuka peluang baru untuk menjadi
reportase online (netizen atau citizen journalism)
dimana masyarakat ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan,
analisis serta penyampaian informasi dan berita.
Trends hasil reportase
yang dibuat oleh seorang jurnalis dengan masyarakat biasa (Netizen) tentu
berbeda, namun kemudahan dalam mengakses informasi ini yang sering disalah gunakan
akibatnya banyak berita-berita yang tidak palid dan tidak bisa
dipertanggungjawabkan (Hoaks). Untuk itu masyarakat diminta untuk seletif dalam
memilih berita/informasi.
Berbanding terbalik
dengan Netizen, seorang reporter dalam menyampaikan berita/informasi
benar-benar sesuai dengan fakta di lapangan, ada kode etik yang harus mereka
junjung tinggi dalam profesinya dan hal inilah yang membedakan antara seorang
reporter dan netizen.
Sebagi reporter Handal
Pak Nur pada kesempatan ini berbagi kisah dari awal kariernya. Kemampuannya di
bidang tulis menulis dimulai sejak di bangku sekolah dasar dan resmi menjadi
wartawan ketika kuliah di IAIN Makassar saat itu mengelola Koran kampus. Tahun 1984 berlanjut
ke Jakarta bergabung di Harian Terbit (grup Poskota).
Dari sana mulai pula
belajar menulis opini, tulisan feature, laporan bersambung, sesekali cerpen
percintaan atau tema keluarga. Tahun 2014 mulai focus menulis blog, Kompasiana,
mengenal medsos (FB, Twitter, Instagram dan YouTube). Selain menulis di blog
dan media social pak Nur juga Ikut berbagai lomba menulis. Dari tulisan tulisan-tulisan tersebut mulai
dikumpulkan dan menjelma jadi buku-buku yang diburu para pembacanya.
Berikut ini tips yang
pak Nur berikan dalam menulis :
- Menulis dengan kunci 3D. Tulislah yang D-ialami sendiri, D-isukai dan D-ikuasai
- Rajin baca, nonton TV/film, dengar radio utk memperkaya wawasan sbg tabungan ide kalau mau menulis, terutama genre fiksi
- PDLS (Peka Dengan Lingkungan Sekitar ) istilah anak muda sekarang KEPO
- TBTO (Terus Belajar atau Baca Tulisan Orang)
- TLMM (Terus Latihan Menulis di Media /Medsos)
- TILM (Terus Ikut Lomba Menulis) sebagai uji coba sejauh mana kualitas tulisan kita
Menulis itu harus
dimulai. “Namanya juga menulis. Ya TULIS sekarang juga”, pesan pak Nur menutup
materi belajar menulis bersama Omjay
Penulis,
Yuningsih, S.E
Komentar
Posting Komentar