SUATU SAAT NANTI

Lantunan lagu melo terdengar lembut  dikamar Nia. Suara Nia  pelan  mengikuti syair lagu, terdengar sesekali isak tangis di sela-sela lagu, rupanya Nia sangat menghayati lagu itu. Entah apa yang terjadi Nia sangat emosional dan terbawa lirik lagu yang di dengarnya. “seandainya rasa ini tak pernah ada, mungkin tak akan seperti ini jadinya”, gumam Nia. Seseorang mengetuk kamar, segera Nia beranjak dan membuka pintu, Irna teman satu kost muncul, matanya menatap Nia penuh Tanya, Nia tampak salah tingkah dan berusaha menghapus titik bening dimatanya. “Ada apa…? Kamu menangis yah?” Tanya Irna sambil mengecilkan volume lagu dari handphone yang tergeletak di meja belajar. Nia hanya terdiam, sambil menghapus airmatanya yang semakin deras mengalir.  “Ya sudah … nangis saja dulu nanti kalo sudah puas nangisnya kamu cerita sama aku yah”, lanjut Irna, Nia hanya tersenyum dia tidak ingin sahabatnya khawatir, “aku gak apa-apa, hanya sedikit sedih aja ”, sambil duduk dan berusaha untuk terlihat tegar. “Tapi gak biasanya kamu begini, ada apa..?”, Tanya Irna penasaran. “Aku gak apa-apa beneran deh, pokoknya kamu tenang saja aku hanya sedang sensi …”, jawab Nia sambil mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan di meja. “Ya sudah kalo begitu, pokoknya kalo ada apa-apa kamu cerita yah..”, lanjut Irna sambil tersenyum, Nia hanya menangguk, Irna berdiri dan kembali kekamarnya.. Malam itu Nia tidak bisa memejamkan matanya, hatinya begitu gelisah, perasaannya kacau, rasa sedih kembali muncul Nia pun kembali menangis, sepertinya airmata itu tak kunjung berhenti, yah… Nia mungkin sedang patah hati, tapi patah hati oleh siapa, orang yang Nia rindukan tak pernah tahu perasaannya, apalagi merasakan hal yang sama sepertinya. Rasa itu dipendamnya, tak seorangpun tahu, Nia menyembunyikannya dari orang lain bahkan dari orang yang dia rindukan 

Pagi itu Nia bergegas ke kampus, dia kesiangan, matanya Nampak sayu dan kurang bersemangat, Nia berusaha menutupinya dengan sedikit riasan di wajahnya. Mata kuliah yang Nia ikuti berlalu begitu saja tak satupun yang menempel di pikirannya hanya beberapa coretan yang Nia buat dibuku catatannya, tapi Nia lega pak dosen memberi print out untuk materi yang diberikan barusan. Siang itu Nia kembali ke kost-an tubuh dan hatinya tampak lelah, Nia membaringkan tubuhnya, matanya sangat mengantuk mungkin karena semalam kurang tidur. Namun tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk, terdengar suara pelan memanggil namanya, dengan malas Nia bangun dan membuka pintu, senyum manis nampak dibalik pintu, senyum yang sama yang telah membuat Nia menangis semalaman. “Ada apa..?” Tanya Nia dengan malas, “ Hmm… kamu sakit..? tumben gak ngumpul biasanya gak langsung pulang…”, jawabnya sambil masuk dan menyimpan beberapa photocopy di meja, lalu duduk menatap Nia dengan pandangan yang tak pernah Nia tahu apa artinya, “ Gak… aku lagi ngantuk aja, pengen tidur, kamu mau ngapain ke sini…?, jawab Nia. “Ini aku bawain photocopy dari materi tadi ,….”, Katanya sambil menyodorkan beberapa bendel photocopy, “Oh… berapa aku harus bayar..? “ jawab Nia. “Gak.. usah ini special buat kamu”, sambil tersenyum dan berdiri, “ kamu lanjutkan  tidurnya, aku mau ketemu temen-temen dulu…”, sambil bergegas keluar, Nia hanya mengangguk dan mengucapkan terimakasih.  Reza ya… pria itulah yang telah membuat Nia menangis semalaman. Pria dengan wajah lembut dan manis, yang telah membuat hatinya bergetar, merasakan bahagia dan  kini menangis saat mengingatnya. Reza adalah sahabat terdekat Nia, begitu dekatnya sampai Nia tak sadar kalo ada perasaan lain di hatinya.

Peristiwa ini dimulai sekitar setahun yang lalu, Nia yang baru menginjakan kakinya di kota besar merasa begitu asing, jauh dari orang tua dan keluarga terasa berat buat Nia, apalagi tidak ada satu teman SMA yang kuliah dikampus yang sama dengannya, tapi demi cita-citanya Nia berusaha kuat apalagi jika mengingat ayahnya yang terus mendukung keinginannya. Diawal perkuliahan Nia merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri, tak  seorangpun yang Nia kenal dikampus itu, namun seorang teman kemudian datang dan membantunya, sampai Nia merasa bisa dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang saat ini ditempatinya. Dia adalah Rendi pria manis dengan hidung mancung dan tubuh yang tinggi, sikapnya yang baik dan penuh perhatian selalu membantu Nia dalam hal apapun, dari mulai mencari bahan kuliah, antar-jemput sampai kuliner Rendi selalu siap membantu, Nia merasa beruntung mengenal Rendi, sampai akhirnya Nia menyadari dibalik kebaikan Rendi ternyata  ada rasa yang lain dihati Rendi, dan sungguh hal ini sangat disesali Nia, karena Nia sadar tak ada rasa lain dihatinya kecuali rasa sayangnya sebagai sahabat.

Bukan tanpa alasan Nia bersikap biasa ke Rendi, sikapnya yang baik dan perhatian sungguh akan di ingat Nia selamanya, tak ada teman sebaik Rendi, kalo saja hati Nia tak terpaut pada yang lain mungkin Rendi orang pertama yang akan dijadikan kekasih. Reza yah… Reza orang yang telah mengisi hati Nia dari awal mereka bertemu, pria rapih dengan sikapnya yang lembut yang membuat hati Nia selalu berdebar di dekatnya, senyumnya yang manis, sikapnya yang sopan selalu saja membuat Nia terpesona, Nia bukan tipe orang yang suka pada pandangan pertama, namun  pengecualian buat Reza, dari awal bertemu Nia sudah merasakan  sesuatu yang lain dihatinya, dan Nia menyadari saat mereka bertambah dekat. Sementara Rendi adalah sahabat terbaiknya yang selalu siap membantu  kapanpun Nia memerlukannya. Rendi dan Reza adalah dua pria penting dihati Nia, sama – sama disayang namun dalam kadar yang berbeda, Nia tak pernah membedakan perhatian untuk mereka berdua, namun pada akhirnya Nia harus memilih diantara ke - duanya. Nia sadar perhatian diantara kedua sahabatnya itu berbeda, ada pemisah yang begitu tipis, perhatian Rendi melebihi perhatian Reza untuknya, ingin rasanya Nia membalas perlakuan Rendi tapi perasaan itu tidak bisa dipaksakan, tak ada rasa itu dihatinya, kalaupun dia paksakan itu tidak adil untuk Rendi.

Pintu kamar Nia kembali di ketuk, dengan malas Nia bangun dari tidurnya melirik jam  dan segera bangkit , waktu dzuhur hampir habis, dia bergegas membuka pintu, dan seseorang tersenyum di depannya “Rendi…!, Maaf sebentar ya… aku sholat dzuhur dulu….!”, Nia berlari kekamar mandi mengambil air wudhu dengan tergesa meraih mukena yang tergantung dibalik pintu kamarnya. Setelah selesai menunaikan sholat, Nia segera menemui Rendi pria yang selalu peduli dengannya, walaupun sebentar dia pasti mengunjungi Nia untuk sekedar melihat atau menanyakan kabarnya. “Ada jadwal jam berapa..?” Tanya Nia sambil mengambil minum dan disuguhkannya ke Rendi, “Jam 3…  oh ya..tadi kamu kuliah pak Andi yah, ada catatan atau photocopy gak…?”, Tanya Rendi matanya tak lepas dari wajah Nia, Nia berusaha menghindari tatapan Rendi dia tidak ingin Rendi tahu kalau ada sisa bengkak dimatanya karena menangis semalaman. “Ada … itu di meja tadi Reza mengantarkan copy-an kesini, aku juga belum lihat kayaknya tebel itu….”, jawab Nia sambil menunjuk setumpuk kertas di mejanya. Rendi mengambilnya dan mulai membukanya, tangannya berhenti ketika membaca catatan di atasnya, “Ini dari Reza yah..?”, Tanya Rendi. “Iya… tadi Reza yang bawa kesini, lumayan tebel copy-an nya ….”, jawab Nia datar. Rendi hanya mengangguk, “Kamu sudah makan belum…?”, lanjut Rendi sambil membuka tas dan mengeluarkan bungkusan kecil dari dalam tasnya. “Lagi males makan ntar aja … kenapa?”, jawab Nia sambil memandang bungkusan yang dibawa Rendi. “Ini ada cemilan kalo males makan nanti sakit, lumayan biar perutmu gak kosong…”,sambil menyimpan bungkusan itu di meja. “Ya … terimakasih aku pasti makan”, Jawab Nia, Rendi selalu begitu baik dan perhatian. “Kalo gitu aku ke kampus dulu yah…. Takut ketinggalan.” Lanjut Rendi sambil berdiri dan mengambil tasnya. “Ya … kamu mau bawa photocopy-nya gak..?”, Jawab Nia sambil menyodorkan photocopy , “ Gak usah ntar aku photocopy sendiri saja, itu kan special buat kamu….”, jawab Rendi tersenyum sambil keluar dan mengucapkan salam lalu melangkah pergi.

Nia termenung matanya melirik bungusan yang di bawa Rendi, membukanya dan yah… itu makanan kesukaannya, Rendi selalu membawakan makanan itu untuknya, tapi saat ini Nia tak selera makan, segera ditutupnya kembali lalu memanggil Irna teman sebelah kamarnya. Irna segera datang, “Ada apa..?” Tanya Irna. “Ini ada makanan, kamu makan saja aku sedang males makan..” Jawab Nia sambil memberikan bungkusan makanan yang di bawa Rendi, “ Ini pasti dari Rendi, biasanya kamu habisin tanpa mau ngasih sedikitpun …”, jawab Irna sambil menerima bungkusan. “kamu pasti lagi ada masalah, cerita dong….!” Lanjut Irna sambil menatap Nia. “Ya… nanti aku cerita, sekarang mending kamu makan deh, aku mau siap-siap ada kuliah sebentar lagi..”, jawab Nia sambil mengambil beberapa catatan dan memasukannya ke tas. “Iya.., tapi kamu janji jangan nangis lagi, keganggu tau…!”, jawab Irna sambil berlari menuju kamarnya dan tak lupa meraih bungkusan yang diberikan Nia untuknya. “ Dasar…kayak gak pernah nangis aja…”, jawab Nia sambil menutup pintu kamarnya.

Siang itu terasa panas Nia memutuskan berangkat lebih awal ke kampus, kelas Nampak sepi belum ada siapapun, Nia menunggu di depan kelas bersender dibalkon sambil memandang ke lantai bawah, Nampak beberapa mahasiswa yang duduk berteduh di sana, cukup lama Nia berdiri, akhirnya Nia memutuskan untuk berjalan menyusuri koridor kelas sekedar mencari teman-temannya, di depan Toilet, Nia berhenti sekedar membasuh mukanya yang terasa kering, tiba-tiba dua orang keluar hampir saja menambrak Nia yang juga baru keluar dari Toilet, mereka bertatapan, ada perasaan aneh yang Nia rasakan dari tatapan mereka, mereka pun berbisik kemudian tertawa bersama, Nia segera kembali ke Toilet menatap wajahnya di cermin mungkin ada yang aneh di wajahnya yang membuat mereka berdua tertawa, dipandanginya wajahnya di cermin tak ada yang aneh semua biasa saja hanya ada sedikit butiran air di wajahnya. Nia kembali berjalan berusaha tak perduli dengan sikap mereka. Kelas sudah ramai beberapa orang sudah masuk, Nia berusaha mencari tempat duduk yang memudahkan dia mengikuti kuliah dan tak terhalang oleh mahasiswa lain, duduk dengan posisi didepan agak ke tengah biar pandangannya pas di depan infokus yang ada kelas. Reza mencoleknya dari belakang, “Hey.. kamu sudah baca materi yang tadi pagi belum..?”, Nia hanya menggeleng, dia sama sekali belum membukanya, “ Ada tugas di halaman terakhir, minggu ini harus sudah selesai”, Jawab Reza. “Ya… nanti aku baca dulu yah”, jawab Nia malas.

Nia membuka pintu kamarnya, materi sore ini terasa begitu sulit mungkin karena hatinya sedang gelisah yang membuat semuanya terasa lebih berat. Disimpannya tas dan buku, diraihnya photocopy yang menumpuk di meja perlahan dibuka dan dibaca, mata Nia berhenti di bendel ke dua  ada tulisan Reza di sana, sebuah tulisan yang selalu membuatnya bahagia tapi tidak kali ini. “Special for you Nia…”, yah tulisan itu juga yang tadi di baca Rendi dan membuat Rendi menangguk-angguk, entah apa yang dipikirkannya, yang jelas Nia sudah tak tertarik untuk mengetahui maksudnya. Nia mencoba mengerjakan tugas yang ada dilembar terakhir tapi tetap tidak bisa, akhirnya dia memutuskan untuk menyimpannya biarlah nanti kalo hatinya sudah tenang. Nia pun kembali berbaring, dia masih mengingat kejadian tadi di toilet mengapa ke-dua gadis tadi mentertawakannya..? Lina teman sekelasnya bilang pernah melihat Reza jalan berdua dengan kekasih barunya namanya  Dian, dan bukankah dua orang tadi itu teman-temannya Dian..? Sebenarnya jika Reza punya pacar itu tidak masalah buatnya, rasa yang tersimpan di hatinya tidak harus berbalas, yang jadi sedih adalah sikap Reza kepadanya kalo Reza menganggapnya sahabat tentu kabar ini tidak Nia dengar dari orang lain tapi langsung dari Reza sendiri, tapi berpikir tentang itu membuat Nia juga gemetar apa dia sanggup mendengar dari mulut Reza sendiri  kalo dia punya kekasih, Ya .. Tuhan, perasaan apa ini, apakah aku cemburu ..? bukankah Reza bukan siapa-siapa aku, wajar kalo dia punya pacar, mengapa aku harus cemburu. Nia terus menyesali perasaannya, namun tak ada jawaban yang ada hanya menambah rasa sedih dihatinya.

Esoknya setelah mengikuti kuliah Nia mengajak Reza ke perpustakaan dengan alasan untuk membahas soal, disela-sela pembahasan soal Nia  memberanikan diri untuk bertanya tentang kekasih baru Reza. “Za… apa benar kamu sudah punya pacar?”, Tanya Nia sambil memandang Reza, “ Kenapa memangnya kamu gak suka yah?”, jawab Reza sambil tersenyum, “Bukan begitu aku seneng kamu punya pacar tapi aku hanya ingin kamu sendiri yang ngasih tau ke aku, bukan orang lain…”, jawab Nia sambil cemberut. “ Kalo Iya kenapa…?” jawab Reza sambil menatap Nia, “ Ya … aku ikut seneng dong, tapi kalo bener perhatian kamu pasti akan berganti ke pacarmu itu, aku pasti di cuekin sama kamu”, jawab Nia sambil balas menatap Reza, Reza hanya mengerjapkan matanya dan berusaha menghindar tatapan Nia. “ Gak lah… kamu temanku gak akan berubah sampai kapanpun. ..“, Jawab Reza, “Jadi bener kalo Dian itu pacar baru kamu…?” lanjut Nia sambil terus menatap Reza. Reza hanya mengangguk sambil tersenyum.  Ada sesuatu yang hangat  terasa dimata Nia entah kenapa hati dan matanya langsung bereaksi tapi mulutnya  berucap lain.., “Wah … selamat ya Za… gimana kamu nembak dia..? sambil menyalami Reza, sementara matanya berkaca-kaca tak sanggup menutupi perasaannya, “Ya … gitu deh, udah ah… kita kerjakan tugas kita aja yuk gak usah ngebahas yang itu …,” Jawab Reza langsung mengambil lembaran kertas yang berserakan di meja. Nia hanya diam airmata terjatuh dipipinya untunglah Reza tak memperhatikan, Nia berusaha menghapusnya dan focus pada soal yang sedang dibahasnya.

Hari-hari berikutnya terasa begitu hampa untuk Nia, Reza masih sering menemuinya tapi hanya sekedar membahas tugas atau materi kuliah, sesekali menemuinya di tempat kost mungkin sibuk dengan kekasih barunya, dan Rendi pun sama saja, ada apa dengan Rendi apakah dia juga sama punya kekasih seperti Reza.  Sepulang kuliah Nia berusaha mencari Rendi dikelasnya tapi tak ditemuinya, kata sahabatnya Rendi sibuk di Himpunan, ada kegiatan untuk menyambut mahasiswa baru dan Rendi menjadi ketua pelaksananya. Kayaknya sibuk makanya Rendi jarang menemuinya. Nia kembali ke kost-an dengan wajah yang terlihat lelah. Baru saja selesai sholat Dzuhur seseorang mengetuk pintu, Nia segera membukanya… Rendi dengan senyum manisnya muncul dibalik pintu. “ Hai… lama gak kesini sibuk yah..?”, Tanya Nia matanya terlihat bahagia melihat Rendi muncul dihadapannya, “Ah Biasa aja…. Gimana kabar kamu sama Reza?”, jawab Rendi sambil menatap Nia, “ Kok… Reza, kamu kenapa Ren… datang-datang nanyain Reza, aneh….?”, jawab Nia bingung. “Ya …gak pa-pa kan kalo aku nanyain kamu sama Reza?”, jawab Rendi sambil duduk di samping Nia. “ Ya … aneh aja tiba-tiba kamu nanyain Reza, biasanya juga gak pernah nanyain dia..”, jawab Nia datar. “ Bukannya Reza itu special buat kamu, dan kamu juga special buat Reza..?”, lanjut Rendi, “Ih… kamu aneh,  apa sih maksudnya?”, Nia mulai mengeryitkan dahinya. “ Ya … sudah gak usah dipikirin, kamu udah makan belum?”, Tanya Rendi, “Udah… mau ngajak makan?”, Rendi hanya tersenyum, “Kalo mau makan lagi hayu…!” Nia hanya menggeleng “ Gak ah… nanti gemuk…”, jawab Nia balas tersenyum. Rendi dan Nia pun terlibat percakapan, mereka tampak kompak satu sama lain. Tak beberapa lama Rendi pamit pulang dan sebelum pulang Rendi mengambil photo Nia yang terpasang di meja, “Untuk apa Photo itu?”, Nia bertanya heran, “ Buat nakutin Tikus di rumah…” Jawab Rendi sambil tertawa, “ Ih… jahat kamu, tapi jangan yang itu yang ini saja…”, Jawab Nia sambil mengambil photo di dalam album miliknya, Rendi menerimanya dan menyimpan kembali photo yang tadi di ambilnya. “ Makasih yah…”, jawab Rendi sambil memperhatikan photo yang diberikan Nia, “ Kenapa cantik yah…?” Tanya Nia sambil tersenyum, Rendi hanya tersenyum dan menyimpan photo itu ke dalam tasnya. “ Tunggu … sebenarnya untuk apa  photo itu?”, Tanya Nia sambil memegang tas Rendi, Rendi hanya tersenyum dan berusaha menarik tasnya dari tangan Nia, “Jawab dulu… baru aku berikan..”, kata Nia sambil mempererat pegangannya, “ Buat kenang-kenangan nanti mungkin aku akan sibuk dengan kegiatanku dan kamu juga akan sibuk dengan Reza…”, jawab Rendi pelan, “ Apa… aku sibuk dengan Reza, maksudmu…?” , Tanya Nia sambil menatap mata Rendi, “ Ya… bukankah kamu suka sama Reza dan begitu juga sebaliknya….”, kata Rendi sambil mengambil tasnya dari tangan Nia, Nia hanya terdiam menatap Rendi, “ sudahlah tidak usah di tutupi aku pamit yah…. Sampai ketemu lagi, assalamu alaikum….”, lanjut Rendi sambil melangkah pergi.

Semenjak itu Rendi hampir tidak pernah menemui Nia, begitu juga denga Reza, mereka sibuk dengan urusannya masing-masing, Nia terus berpikir mengapa semua terjadi padanya, dua sahabatnya meninggalkannya tanpa ada kata apapun untuknya, apakah ada yang salah dengannya, Rendi dan Reza meninggalkannya bersamaan,  baginya Rendi adalah sahabat yang baik tapi mengapa dia pergi hanya karena tahu kalo dia menyukai Reza, apakah salah kalo Nia menyukai orang lain lebih dari sahabatnya, yah sudahlah semua telah berlalu Nia hanya ingin menikmati hidupnya dan  berharap suatu saat nanti menemukan kembali sosok Rendi sahabatnya, dan menemukan Cinta Reza dihatinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A. MENGENAL NEGARA-NEGARA ASEAN

SEGITIGA RESTITUSI