Catatan Harianku
“Jangan buang waktu, tenaga dan
pikiran untuk hal yang sia-sia, berfokuslah pada hal yang menjadikan dirimu
bernilai”
Kisah ini ditulis khusus untuk
mereka yang mempunyai nasib yang sama dengan ku, tidak ada maksud lain hanya
sekedar berbagi cerita dan pengalaman, kalo memang ada yang baik silahkan
diambil dan jika buruk jadikan sebagai pengalaman agar tak terulang di masa
yang akan datang.
Ini berawal ketika aku lulus
kuliah di fakultas ekonomi jurusan akuntansi Universitas Pasundan (UNPAS) Bandung
, ada rasa bangga ketika lulus dengan nilai Cum Laude. Harapan dan cita-cita
sederhana bisa terwujud untuk bekerja di perusahaan yang memberikan
gaji yang bagus, agar bisa memperbaiki ekonomi keluarga dan memberikan
kebanggaan bagi orang tua.
Namun semua itu hanya cita-cita,
Allah berkehendak lain. Sebelum mendapatkan Ijazah, ayah memintaku untuk segera
menikah, dengan alasan agar ada yang menjaga, ya ..alasan yang sangat klasik , ke-dua
orang tua sepakat untuk menjodohkanku dengan seseorang yang memang sudah mereka
kenal, tapi sungguh saat itu aku tak ada keinginan untuk segera menikah, aku hanya
ingin bekerja , ingin mendapatkan penghasilan sendiri dan membantu perekonomian
keluarga, tapi apalah daya semua sudah diatur, hanya berharap orang yang akan
menjadi suami dapat memberikan keleluasaan setelah menikah nanti.
Setelah menikah, kami memutuskan
untuk mandiri jauh dari keluarga, keinginan untuk bekerja terus ada dihatiku,
akupun meminta ijin suami untuk bisa bekerja
agar ilmu yang di dapat tidak sia-sia,
suami setuju dan segera aku mencari lowongan dan mengirimkan beberapa surat
lamaran. Ini semua kulakukan sebagai bentuk tanggung jawab kepada orang tua
yang sudah susah payah menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi. Saat
yang dinantipun tiba ketika sebuah perusahaan di Jakarta siap menerimaku bekerja,
tapi untuk yang ke-dua kalinya Allah berkehendak lain, si kecil sudah ada di
Rahim dan suami tidak mengijinkan kalo bekerja dalam keadaan berbadan dua.
Ya … Allah pupus sudah harapan
untuk bisa bekerja, rasa sedih, menyesal dan putus asa mulai mendera, tapi demi
bayi yang dikandung aku siap menerima kenyataan dan pasrah dengan nasib
yang Allah berikan. Selama 2 tahun menyusui si kecil, tak pernah berhenti
keinginan untuk bekerja. Bekerja bagiku bukan untuk mendapatkan materi, Suami
memenuhi semua kebutuhan keluarga dengan baik. Bekerja bagiku adalah untuk
mengamalkan ilmu sekaligus bukti tanggungjawabku kepada orang tua, Akhirnya dengan berat hati berusaha bicara
dengan suami untuk di ijinkan bekerja. Suami pun setuju dengan syarat bisa
membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan.
Sempat bingung dengan syarat yang
diajukan suami, kalo bekerja di perusahaan pasti pulangnya sore, mana sempat
mengurus rumah dan keluarga, akhirnya mencoba melamar ke sekolah, aku pikir
setengah hari kerja bisa memenuhi ke-dua nya, bekerja iya tanggung jawab kepada
keluargapun bisa terpenuhi. Dan Alhamdulillah lamaran menjadi guru di
sekolahpun di terima.
Waktu pertama memasuki dunia
pendidikan, ada keraguan dan rasa tak percaya diri untuk bisa mampu dan setara
dengan mereka yang memang kompeten di bidangnya. Apalagi ketika memasuki dunia
mereka dan berkumpul dengan para senior yang sudah banyak makan garam di dunia
pendidikan. Hati ini rasanya ciut dan mulai menyesali mengapa masuk ke dunia
ini tanpa persiapan dan perhitungan yang matang. Rasa takut tidak bisa
memberikan yang terbaik kepada anak- anak didik terus bertambah.
Apalagi ketika tanpa sadar mereka
berucap seolah tak percaya bahkan meragukan kemampuanku untuk bisa sama berjuang dengan mereka. Dan kupikir
itu wajar, pendidikan, kemampuan dan keahlianku memang sangat diragukan. Lulus
kuliah bukan dari keguruan dan jurusan
yang diambil juga tak ada kaitannya dengan keguruan, itu pasti yang membuat
mereka ragu dan tak percaya kalo aku bisa dan mampu menjadi pendidik yang baik.
Dan memang ada banyak kesulitan
yang kualami, banyak hal yang tidak bisa
dipahami dari anak-anak, karena tidak pernah belajar bagaimana cara mendidik
mereka, kebingungan pun mulai ada. Tapi untunglah seorang teman memberikan
saran untuk belajar tentang ilmu keguruan. Dan ketika diberi waktu kosong dan
peluang, aku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk menambah wawasan
dengan kuliah Akta IV di Univeristas Negeri Jakarta (UNJ).
Dan untuk menambah pengalaman,
aku mencoba masuk organisasi keguruan, bergabung dengan mereka yang benar-benar
ahli dibidangnya. Masih sama seperti memasuki dunia pendidikan disinipun aku banyak
mengalami kesulitan, bahkan rasa tidak percaya diri kerap muncul ketika ada tatapan ragu
dari para senior saat aku diberi tugas, sepertinya mereka tak percaya kalo aku
bisa. Tapi semua itu kujalani dan tetap berusaha untuk membuktikan kalau aku
mampu dan bisa melaksanakan amanah ini dengan baik.
Aku akan terus berusaha, tujuan
utamaku mengamalkan ilmu yang kumiliki, berbagi dengan anak-anak, memberikan yang
terbaik untuk mereka, menginspirasi dan berbagi ilmu sekecil apapun itu, setiap orang punya tugas masing-masing
dalam hidupnya, tugasku akan kulaksanakan dengan baik, aku hanya ingin
mengulang ilmuku dan membaginya dengan yang lain, agar kelak bisa berguna dan
memberikan manfaat di kemudian hari.
Komentar
Posting Komentar