BUNGA KERTAS


Gerbang sekolah mulai ditutup, aku berlari tergesa sambil berteriak meminta pak satpam untuk menunggu. “Tumben kamu terlambat ica, biasanya  selalu pagi”, kata pak nana, satpam sekolah yang selalu ramah menyapaku, “Iya… pak, saya kesiangan, semalam terlambat tidur jagain adek yang sakit, makasih ya pak….” jawabku sambil berlari menuju kelas. Menyimpan tas dan langsung ke lapangan untuk mengikuti upacara bendera.

 “Terlambat ya ca…?” suara lembut terdengar dibelakangku, aku menoleh seraut wajah tersenyum manis. Mataku berbinar melihatnya, pria lembut bertumbuh tinggi berjalan di belakangku. Aku tersenyum belum sempat aku menjawabnya. Beberapa anak laki-laki berlari dari belakang, akupun terjatuh. Aku berusaha bangkit. Rupanya mereka sama sepertiku terlambat. 

Pak satpam menggiring mereka untuk segera berbaris di lapangan. Mataku berkeliling mencari sosok manis yang tadi menyapaku. Tapi aku tak menemukannya. Aku segera bergabung dengan teman sekelasku. Berbaris di deretan paling depan. Yah… selalu, karna ukuran tubuhku yang kecil. Aku selalu kebagian baris dipaling depan.

Panas matahari mewarnai upacara pagi itu. Beberapa anak tak sanggup berdiri lama. Mungkin belum sarapan atau memang sengaja menghindar untuk tidak mengikuti upacara pagi itu. Sebenarnya aku tidak kuat. Pagi itu aku tidak sempat sarapan. Perutku mual dan kepalaku terasa pusing tapi aku berusaha untuk bertahan sampai upacara selesai. 

Tibalah saat pengumuman, aku bernapas lega. Kembali kuarahkan mataku, dan mulai mencari sosok manis diantara teman-teman sekelasnya. Namun tak kutemukan. Sampai pak Edi Pembina OSIS membacakan pengumuman. Aku memang menunggu saat ini. Seminggu yang lalu sekolah mengadakan lomba dalam menyambut bulan bahasa. Beberapa mata lomba diadakan dan aku mengikuti salah satunya. Aku sangat berharap akulah juaranya.

Pengumuman pemenang dari tiap lomba mulai dibacakan. Semua anak berteriak menyambutnya. Kini tibalah pemenang lomba yang ku ikuti.  Di mulai dari juara ke-3. Bukan namaku yang di sebut. Aku berharap ada namaku di juara ke-2. Namun yang disebut pak Edi juga bukan namaku. Aku masih berharap, walau ragu-ragu namaku yang di sebut untuk juara pertama. 

Jantungku makin berdebar. Pak Edi membacakan  pemenang pertama lomba yang kuikuti, “pemenangnya dari kelas delapan, siapakah dia…..?”, pak Edi berhenti sejenak, semua mata tertuju ke depan, jantungku makin berdetak kencang “ pemenang pertama lomba cipta puisi adalah….. Erina Ramadhani dari kelas VIII.2.

 Lemas lunglai tubuhku ternyata aku tidak berbakat. Aku memang tak punya kelebihan apapun. Aku berharap sosok manis kelas sebelah memberiku selamat.  Tapi semua itu hanya khayalan. Tidak mungkin cowok setenar dan sepintar dia memperhatikan aku. Aku hanya gadis biasa yang diam-diam suka dan mengharapkan perhatiannya.

Upacara telah usai aku berjalan lesu memasuki ruang kelas. Langkahku terhenti. Beberapa helai bunga kertas berwarna pink di depan kelasku tampak berserakan. Aku berjongkok dan mulai mengambil helai demi helai bunga-bunga itu. Ku kumpulkan ditanganku dan kupandangi dengan seksama, “sudah layu mungkin ini penyebabnya sama seperti harapanku berguguran dan layu” gumamku. 

Aku dekati tong sampah dan ku buang helai-helai bunga itu. “biarlah di sini tempatmu", pikirku. Bunga-bunga itu indah kalau segar. Jika layu tempatmu hanya di sini. Sama seperti harapanku tak layak untuk di lihat sebaiknya di simpan saja dan di buang. 

Aku berbalik menuju kelasku, “Kamu memang rajin ya ica… selalu peduli dengan lingkungan…” seseorang berkata dibelakangku. Aku menoleh. Seulas senyum tersungging dari bibir manisnya. Cowok favorite di sekolah kembali menyapaku. Aku hanya tersenyum. Jantungku seketika berdebar. “Aku membaca hasil puisimu kemarin, walaupun tidak jadi pemenangnya tapi aku suka puisimu…, bolehkah aku simpan puisimu untukku…?”, lanjutnya. Aku hanya bengong. Tak percaya dengan pendengaranku. “Boleh gak ca…?”, lanjutnya. Aku tersenyum dan mengangguk. ”Kalo kamu suka boleh saja”, cowok itu mengulurkan tangannya. Menyalamiku sambil mengucapkan terimakasih. 

Ya allah… aku tak percaya ini, mataku berbinar bahagia rasa percaya diriku mulai tumbuh. Dengan langkah riang aku berjalan menuju kelas. Siap menyongsong hari-hari indah. Hatiku benar-benar bahagia. Harapanku mulai tumbuh, mekar seperti bunga-bunga kertas di depan kelasku.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

A. MENGENAL NEGARA-NEGARA ASEAN

SEGITIGA RESTITUSI